Rabu, 12 Mei 2010

catatan perjalanan mentawai III

Mereka bertiga jalan kaki dari rumahnya sekitar 1 jam untuk bergabung dengan sekolah hutan
Memasuki hari ketiga di desa sangong,kamera sudah kembali berfungsi dan hanya tinggal hari itu bagi kami untuk mendokmentasikan seluruh kegiatan masyarakat sangong, termasuk kegiatan anak anak belajar disekolah hutan, baru hari dapat dilaksanakan, pagi itu kulihat swendi sudah menyiapkan longboatnya yang ditambatkan di tepi sungai,saran swendi untuk menyeberangi sungai pakai longboat saja untuk menghindari kejadian seperti kemarin..kami berjalan menuruni sungai, kulihat banyak anak anak yang berkumpul di tepi sungai,..ternyata ada beberapa wajah baru diantara mereka yang belum pernah kulihat sebelumnya..mataku tertuju pada seorang anak berumur antara 5 atau 6 tahun, berbaju oranye lusuh serta menggantungkan tas merah muda di punggungnya dan tanpa alas kaki,..."da, itu siapa , baru kali ini kulihat dia" tanyaku pada ida (YCM).. " Oo, itu nike, anak dari kampung sebelah hulu..sekitar satu jam dari sini jika berjalan kaki" tukas ida..Memang nike datang kesitu bersama kakaknya mukhlis dan tetangganya dadang,.mereka bertiga berjalan kaki dari rumahnya sekitar 1 jam untuk bergabung dengan sekolah hutan..sejak saat itu perhatianku lebih tercurah pada nike,karena spontan nike mengingatkanku kepada keponakanku yang kurang lebih sebaya dengannya...aku mulai lebih banyak berfikir dan membandingkan kehidupan nike dengan anak anak sebayanya yang lebih beruntung tinggal dan mengenyam sekolah di kota..nike bermata bening, memiliki sepasang alis yang indah dan bertubuh kurus dengan rambut sebahu tak terurus, tapi nike tetap memancarkan kecantikan dan keluguan anak indonesia pada umumnya,..sengaja kudekati dia sambil menyentuh dan mengusap dahinya dengan jempolku,(hal ini biasa kulakukan pada anak kecil yang kutemui),kulihat bibirnya tersungging menunjukan rasa malu terhadap sikapku padanya.."halo nike" sapaku..tak sepatahpun kata yang keluar dari mulut mungilnya..hal ini semakin membuatku penasaran pada gadis kecil ini yang menyimpan setumpuk kemauan belajar walaupun harus melewati hutan sagu berawa..kamipun bersama sama menyeberangi sungai itu dan berjalan menyusuri jalan setapak ke sekolah hutan,..kondisi jalan yang berawa dan terkadang kami temui pasir lempung yang dapat menelan kaki hingga ke betis,menghambat laju kita untuk mencapai sekolah itu. 20 menitan lah jalan kaki.. Disekolah yang dibangun diatas lahan pemberian masyarakat desa sangong,menurutku cukup nyaman sebagai sekolah hutan, dengan beratap daun sagu serta ruang belajarnya diteras tanpa berdinding membuat suasana sejuk dibagian depan. sengaja dari desa sangong kami bawakan beberapa botol air mineral ukuran besar dan nutrisari sasetan untuk dicampur dan dibagikan setelah sampai disekolah hutan. memang pilihan yang tepat,air jeruk instan.....menghilangkan dahaga kami semua siang itu.sengaja kutengok kebilik tengah sekolah,terlihat setumpuk buku buku pelajaran tidak tertata dan beberpa buah buku karangan andrea hirata, seprei lusuh dan kompor minyak tanah yang belum pernah terpakai pada sudut bilik itu,..bilik itu selain gudang juga sebagai kamar swendi jika bermalam disitu.dengan meja berkaki tunggal dan tanpa kursi alias lesehan anak anak mentawai ini masing masing mulai mencari tempat yang nyaman di teras untuk memulai belajar,..kembali mataku tertuju pada nike yang mulai membuka ransel merah mudanya yang berisikan sebuah buku tulis dan baju bersih yang dibungkus plastik bening,....ya Allah, anak ini ingin sekali bersekolah walaupun harus membungkus segala perlengkapannya dengan plastik agar tidak basah, maklum dia harus melewati beberapa anak sungai,jika sedang pasang berarti nike harus berenang,.MasyaAllah, tak terasa mataku terasa basah,. terharu melihat anak anak ini..terlebih lagi ketika pelajaran menyanyi dan mereka menyanyikan lagu " saaatu nusa.. saaatu bangsa. satu baahasa kitaaaa,..dst..saat itu kusembunyikan mataku dibalik kameraku karena malu jika teman temanku tahu bahwa aku menangis,..memang sih agak agak melo, tetapi suasana dan kondisi itu akan membuat siapapun tersentuh..dibenakku" mereka mengaku sebagai anak bangsa, tapi apakah mereka diaku oleh bangsa ini sebagai anak anaknya? kalo ya, please,.. buatkan sekolah dong untuk mereka!"..memang sejak saat itu kurasakan sepertinya semakin dekat dengan mereka,....bukan berarti mereka tinggal di pedalaman terus mereka tidak memiliki nilai tambah,ternyata banyak sekali yang bisa dipetik dari mereka,semangatnya dan kesederhanaan, itulah yang menjadi modal mereka kelak ..bukan main. Pada suatu sesi swendi mengajak mereka ke hutan sekeliling sekolah dan setiap anak harus mengambil tumbuhan kemudian di inventarisir oleh swendi termasuk khasiat dan cara meramunya,anak anak ini sepertinya sangat kenal betul setiap tumbuhan yang berkhasiat untuk obat, karena memang pengetahuan ini diturunkan secara turun temurun oleh orang tua mereka.
Ternyata disanapun air tidak sebening yang kami bayangkan,..dasar sungai lebih berwarna merah kayu dan banyak jentik nyamuk.
Setelah beberapa jam disekolah hutan kami kembali ke uma di sangong untuk siap siap mengunjungi sikerei(dukun mentawai) di hulu silaoninan, harus kembali ke sangong karena mesin tempel swendi disimpan disana untuk dipasang di longboat,bersama nike,mukhlis dan dadang,anak anak hulu ini akan menumpang kami untuk pulang daripada harus berjalan lagi selama satu jam...Menuju ke hulu hanya beberapa menit dari sangong, sampailah kami di rumah sikerei,..umanya beberapa meter lebih kejauh dari tepi sungai, terlihat banyak ternak babi berkeliaraan pekarangan uma,..dan yang pasti uma ini jauh lebih tua dari uma yang kita tempati di sangong, terlihat dari kayu kayu yang sudah banyak lapuk sehingga kita harus berhati hati meniti jembatan batang kelapa ke teras umanya..begitupun di bagian dalam uma lebih banyak perabot upacara adat untuk upacara sikerei yang biasanya dilakukan disitu,.kedatangan kami mendapat sambutan hangat dari sikerei yang kira kira berusia 70 tahunan itu, dengan tato ala mentawai disekujur tubuhnya, sikerei banyak bercerita tentang apa dan bagaimana untuk menjadi sikerei,..dengan mata rabun karena katarak sikerei ini bersemangat menunjukan peralatannya, berupa sebuah kotak panjang yang terbuat dari pelepah batang pisang kering dan berisikan jimat,mantera dan ramuan obat obatan buatan sikerei, mirip"medical kit"lah...setelah mengambil gambar sikerei juga menunjukan sebuah tarian sikerei, sambil menghentak hentakan kaki di lantai kayu uma ia menyanyikan lagu lagu dalam bahasa mentawai yang biasanya dinyanyikan pada prosesi penyembuhan..unik.! setelaha beberapa saat menari, kulihat napasnya tersengal sengal maklum sudah sangat sepuh,..dan kembali kami duduk dan sikerei melanjutkan ceritanya tentang tato,..ia bilang bahwa banyaknya tato di badan ini tergantung banyaknya jumlah ternak yang ia miliki,.memang proses pembuatan tato ini memakan waktu yang lama dan sedikit demi sedikit karena ,selain memakai jarum dan tinta tradisional,juga amat sakit, sampai sampai bisa demam..wouw!, nah jika seseorang pernah membunuh orang khususnya didalam perang maka akan diberi tato berupa lima garis di punggung, dengan demikian setiap orang akan tahu bahwa orang tersebut pernah membunuh orang....hal ini merupakan prestise tersendiri bagi laki laki mentawai karena akan disegani dan dipandang jantan. tak lama setelah berbincang dengan sikerei kamipun pamit dan kembali ke desa sangong...masih tersisa setengah hari lagi waktu kami di desa sangong, tak banyak yang kami lakukan selain menikmati sisa waktu kami, aku,tribudianto dan trisnoto memutuskan untuk mandi, maklum sejak kami tiba di sangong kami belum pernah mandi,karena memang tidak ada air bersih, kalau mau mandi ya di sungai! badan terasa lengket dan penat tidak ada pilihan untuk tidak mandi,...kami berjalan ke anak sungai yang agak menjorok jauh kedalam sungai, kami diantar putra aman sabaogok,..ternyata disanapun air tidak sebening yang kami bayangkan,..dasar sungai lebih berwarna merah kayu dan banyak jentik nyamuk, akulah yang paling pertama turun ke sungai itu ternyata airnya segeerrr banget untuk ukuran kita saat itu,..kalau diciduk dengan ember asalkan jangan sampe ke dasar sungai, bening bening juga hahaha,..mandi sampe puas!!!! tidak ada yang istimewa pada malam itu,.. kecuali aku harus buang hajat di jembatan batang kelapa pada malam hari di, aku semakin pandai duduk menggantung di batang kelapa,dengan sebatang galah yang kutancapkan pada dasar sungai plus lampu senter di ikat di leher sempurnalah hidupku ini, easy come,. easy go.!! paginya setelah sarapan nasi goreng buatanku, tibalah waktunya untuk meninggalkan sangong,..setelah berfoto foto dengan keluarga aman sabaogok,.aku mendapat sebuah tanda mata berupa gelang khas mentawai hasil anyaman bang,.begitulah panggilan aku padanya ..hingga pulang tidak pernah ku tau namanya yang memberikan gelang itu padaku...hanya bang saja.! sambil membawa genset listrik aman sabaogok yang rusak kami meluncur kembali menuju muara dan mampir di selapa,..setelah beberapa saat diselapa dan ketemu juga dengan sikerei yang tadinya mau melakukan upacara bagi anggota keluarga baru yang berumur beberapa bulan, sempat tertunda karena kebetulan saat itu seorang putri sikerei juga tengah menunggu waktu untuk melahirkan, harap harap cemas tergambar di wajah seluruh anggota keluarga sikerei,..para wanita sibuk masuk keluar kamar sambil membawa air panas dan air dingin dalam bambu,terkadang kudengar si ibu merintih kesakitan akibat kontraksi...kamipun putuskan untuk tidak berlama lama disitu kerena kami harus tiba dimuara sebelum sore....sepanjang jalan hujan deras mengguyur kami sampai sampai terasa sakit tetasan air hujan jatuh menusuk kulit kami, sekitar 3 jam kami diterpa hujan dan bibir kami semuanya membiru kedinginan,.swendi pun kulihat sudah sangat menggigil,..ketika sampai di Muntai kami putuskan untuk berhenti sambil menikmati kopi jahe buatan kolega ida yang bekerja di polindes muntai..."kita nginap dimana kalau di muara?" tanyaku pada ida ,..kata ida banyak penginapan disana tapi yaa begitulah,..dari jawabannya ida, kunilai banyak penginapan di muara tapi tentunya tidak senyaman yang kita harapkan,.."bagaimana?, kita nginap di pulau saja yuk?" tanyaku lagi pada yang lain...yantilah yang paling bersemangat,..mantab bang!jawabnya spontan,masalahnya bagaimana kita kepulau pikirku,apa pergi dengan swendi pakai loangboatnnya?wah terlalu riskan belum lagi harus keluar muara banyak arus dan lewat laut terbuka pasti tidak akan sanggup swendi melewati daerah itu,..memang benar swendipun takut jika memakai loangboatnya apalagi kalau dilaut dia bukan ahlinya,..swendi sarankan untuk menukar body perahu yang lebih besar seraya mencari temannya di Muntai, tak lama kemudian swendi kembali dengan temannya dangan menawarkan satu opsi lagi, "kalau tidak mau menukar body kita tunggu air pasang ada jalan tembus menuju pulau masilok lewat terusan" kata swendi mencerikatakan sebuah terusan yang dibangun oleh misionaris italia beberapa tahun lalu, lebih mempersingkat waktu dan jarak tempuh tanpa harus keluar lewat muara yang terkenal arusnya kuat..wah boleh juga ,..tapi setelah kita lewati terowongan itu ternyata masih surut dan dangkal jadi susah dilalui..satu satunya jalan ke pulau masilok adalah dengan menggunakan body dan mesin besar..sampai di muara kami titipkan genset amansaba untuk diperbaiki, kami belanja lagi kebutuhan kami dan mencari perahu yang mau mengantar kami ke pulau ,..mujurnya kami bertemu bang nas dan yang sudah kami kenal ketika di KMP ambu ambu dari padang ke siberut,..dia bilang kalo mau kepulau ongkosnya 2 juta rupiah pake boat besar mesin 80 pk, wah mahal bangat pikirku lagi pula dari mana uang sebanyak itu,..kami dikenalkan pada ujang pemilik boat sekaligus membuka depo minyak di muara,..orangnya ramah dan simpatik,..katanya bagaimana kalo hanya pakai satu mesin 40 pk jadi bisa dapat separuh harga,..jadi tidak boros BBM..wise! satu lagi !kalau sudah sampai disana mau tinggal dimana? hahaha betul juga disana memang tidak ada rumah, hanya satu cottage yang tak terawat pun minta 150 ribu perorang lho! bukan per kamar, ogah! mahal amir pikirku!.. ujang bilang disana ada rumah gubuk cuma apakah pemiliknya ada atau tidak,.biasanya dia suka menerima orang yang kemalaman atau turis turis murahan kaya kita ini,.."tapi kalo dia tidak ada disana maukan kalian tidur di terasnya saja?" tanya ujang, mauuuu! jawab kami serentak semata memuaskan rasa ingin tahun dan avunturir kami,... akhirnya, kami bisa ke pulau menjelang magrib karena kulihat laju perahu meninggalkan horison kemerah merahan jauh dibelakang kami,.sedikitnya ada tiga palung laut dangkal kita temui dalam perjalanan menuju masilok,..dari palung palung itu terlihat gulungan ombak dan pecah ditengah laut cocok untuk bermaing surfing,..dan memang buat pecinta surfing ombak ombak ini sangat ideal. Menurut bang din yang mengantar kami, konon dia sering mengantar turis bersurfing ditengah laut..unik dan menantang! pantai masilo lebih landai dan bening bisa kulihat banyak ikan di bawah boat kami ketika kami merapat tepat didepa rumah yang dikatakan ujang..kuPikir pemiliknya ada disitu karena ada sepasang suami istri yang menunggu di pantai..ternyata mereka juga hanya menumpang sekedar mencari teripang selama beberapa hari,.lengkaplah sudah perjalanan kita menikmati mentawai,. tidur di teras rumah akhirnya benar benar terwujud, pemiliknya di muara siberut beberapa hari dan bang din bilang tidak apa apa feel at home saja , katanya dia kenal betul dengan pemiliknya jadi tidak masalah,..rumah dengan teras lebar ,ada dapur dan yang lebih pentinglagi ada wc dan sumur air tawar yang sejuk,.muantabs! kulihat wajahnya yanti tertegun dalam waktu yang lama seakan tidak percaya kita berada disini, menurutnya mungkin kita akan menginap di bungalow layaknya di pantai bali,.eh ternyata di sisi pulau tak berpenghuni di samudera indonesia, cast away'nya tom hanks banget deh!kubilang sama yanti,..eh yant! seorang konglomerat sekalipun belum tentu bisa seperti kita saat ini, saat saat ini tidak terbeli dengan uang ,apapun kondisinya pasti asik menjadi suatu cerita kelak, nikmatilah selagi bisa!.."betul bang" jawabnya lirih sambil terus berorientasi di tempat barunya...trisnoto dan swendi mulai sibuk merapikan barang bawaan di teras sambil mencoba menjalankan genset aman sabaogok yang sudah beres diperbaiki,pas juga genset kelar dibenerin, dapat perahu, jadi ke pulau,semua sesuai rencana. Derum genset berbunyi, sesaat pojok kecil di pulau masilok terang........kamipun mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan baru kita, ada yang masak kopi dari kompor gas portable,ada yang mandi, bang din lebih memilih duduk dibangku panjang sambil menunggu seduhan kopi menghabiskan rokok dji sam soenya..aku lebih memilih menikmati bintang dengan duduk di bangkai perahu pecah di tepi pantai,semenatara pasangan suami istri yang sudah berada disana sejak kita datang tengah bersiap untuk pergi mencari teripang dan menombak ikan..bukan main"inilah kemerdekaan sejati" pikirku,benar benar terbebas dari tekanan pekerjaan yang bertubi tubi,..pokoknya bebas deh.!tak lama ku bergabung dengan swendi dan temannya mencari umang sejenins keong pantai disepanjang pantai untuk dijadikan umpan pancingan kita,(di muara kubeli 3 gulungan kenur + mata kail)dapat banyak umang dan kita menumbuknya didapur untuk mengeluarkannya dari cangkang...kucoba melepas kail di buritan boatnya bang din yang dilabuhkan 5 meteran dari pantai,..hingga selesai tak satu ikanpun menggigit mata pancingku akhirnya kuputuskan untuk kembali, lagi pula berlama lama di ujung boat membuat kepalaku pening...hahahha gayanya mau mancing eh taunya masuk angin.balik ke pondokan menyantap NBD,nasi bungkus dingin..bayak hal yang kita obrolin dengan bang din mulai dari gosip selebritis sampe visi anak siberut dalam kelola wisata di kepulauan mentawai,tak terasa sudah larut jarum jam ku menunjuk pada pukul dua dinihari,.memang mulai ada rasa kantuk tapi makin malam nyamuknya makin gede gede,..trisnoto dan tribudianto sudah terbungkus sarung beralaskan terpal sudah tidur sejak tadi, ida dan swendi masih mengobrol dipojok lain..tak lama kulihat perahu berlampu petromak mendekat ke pantai,..pasangan suami istri tadi pulang setelah mencari teripang. "ini hanya dua kemungkinan, dapat ikan banyak atau tidak sama sekali" seruku pada bang din sambil menunjuk pada mereka,..feeling bang din lebih baik, ia bilang bahwa mereka dapat banyak ikan.."wah kalau begitu kita bisa makan ikan sekarang" pikirku...kami berjalan ke tepi pantai dan benar saja, banyak sekali hasil tangkapan mereka,.ada ikan kakatua berwarna hijau, ada lobster dan tentunya teripang sebagai pencarian utama mereka..dengan bermodalkan seratus ribu rupiah semua ikan diberikan ke kita, tapi siapa yang mau makan sebanyak itu,akhirnya kami putuskan untuk mengambil beberapa saja untuk di bakar, swendi dan temannya mulai mengumpulakn kayu bakar dari sabut kelapa terbuang disepanjang pantai,sementara bang din menunjukan cara mengeluarkan racun dari lobster,konon racun itu bisa menyebabkan diare hebat. jam tiga pagi makan ikan bakar segar di tepi pantai masyaAllah,nikmatnya! paginya kami isi dengan berjalan kaki sekitar 15 menit ke sisi timur masilok meliwati bibir pantai untuk berenang dan foto foto..memang setiap pojok pulau ini selalu menyuguhkan view yang indah...pukul 10an ada sedikit badai dan angin kencang tapi untunglah kami sudah selesai berenang..begitu badai reda kami pun berkemas meninggalkan masilok menuju muara siberut..... Di muara, barang barang kami dititipkan lagi di baik depo minyak milik ujang yang hati.. kami pergi beli beli tiket kapal ke padang, makan siang dan beli sejumlah buku tulis,buku gambar dan pensil warna untuk dibawa swendi pada anak anak sekolah hutan di desa sangong..Setelah makan kulihat ada kantor pos di muara..seraya pikiranku untuk mengulang lagi kebiasaan dulu mengirim kartu pos pada diriku sendiri dari suatu daerah yang kuanggap jauh, "ngapain bang?" tanya yanti heran , "gua mau ngirim kartu pos",kataku,. "dulu kalau bepergian kukirim kartu pos pada diriku sendiri tapi sekarang buat istriku lah, ..nah lu yant, kirim aja buat diri lu sendiri ",.. jawabku. Dia baru sadar kalau itu merupakan seni bagi orang yang suka traveling apalagi sebagai jurnalis yang banyak menginjak tempat asing..(kartu pos itu tiba 2 minggu kemudian di jakarta).Sambil menunggu jadwal kapal malamnya,kami beristirahat di Muntai dengan menumpang longboat swendi, dirumah temannya swendi kami bukannya beristirahat melainkan terlibat dalam suatu pembicaraan serius dan menarik antara aku,yanti,ida dan swendi tentang anak anak sangong dan sekolah hutan,.obrolan yang agak sedikit emosional itu, sempat membuat yanti sedikit terharu ketika membandingkan keadaan anak anak mentawai, anak suku anak dalam di jambi dan anak anak umum lainnya di belahan dunia modern..memang benar benar menyentuh thanks "suku suku" telah membawa kami untuk melihat untold story dan unseen scene yang jauh di pedalaman ..tak terasa sudah jam 6 sore siap siap menuju pelabuhan untuk kembali ke padang,..home, i'm home!.(selesai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar