Senin, 06 Desember 2010

Senin, 07 Juni 2010

Caminando en Habana Vieja

Pintu reot suka ngebut pula..
Ketika menginjakan kaki di bandara Jose Marti Havana, hari sudah malam lagi pula kami sudah lelah, maklumlah penerbangan dari Madrid, Spanyol selama 9 jam ke Havana membuat kami lebih memilih istirahat dari pada keluyuran. Untuk mencapai Havana, lebih dekat dari Miami, Florida hanya sekitar 175 Km (94,5 Noutikal mil ) ke arah selatan atau penerbangan dari Cancun, Mexico. Begitu tiba di Havana kesan bahwa kuba merupakan sebuah negara yang berhenti dan tidak berkembang sejak tahun 50an, memanglah benar karena komunis begitu memproteksi warga negaranya dari dunia luar,tapi kesan itu juga hilang ketika kita melihat ada gedung bertingkat dan modernisasi yang juga menyentuh Kuba,walaupun hanya sedikit. Havana terbagi dua menjadi 2 bagian yaitu Havana baru dan Havana Tua, kota havana lebih sebagai kota pemerintahan, kedutaan, perkantoran dan perhotelan sementara Havana Tua atau dikenal Havana Vieja ditetapkan sebagai situs sejarah warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1978 karena memiliki ribuan bangunan tua yang indah dan antik peninggalan kolonial spanyol. Sampai saat ini bangunan bangunan itu masih dihuni oleh penduduk havana sehingga pemandangan jika kita berkunjung ke Havana Vieja terlihat sangat padat dan kumuh,..tidak heran sebuah bangunan tua dapat diisi lebih dari belasan kepala keluarga dan bangunan bangunan itu tidak boleh di cat atau direnovasi tanpa seijin PBB. Di negara komunis kedudukan setiap warga negara sama jadi mereka juga berhak menggunakan semua fasilitas negara termasuk gedung gedung,rumah dan mobil tidak ada kepemilikan pribadi jadi tidak heran kalau kita tengah naik mobil pribadi banyak orang yang melambai di tepi jalan untuk menumpang jika masih ada tempat, karena semua mobil adalah milik umum..hahaha unik juga ya Bagiku Havana Vieja memberikan pemandangan yang eksotis selain gedung gedung tua, mobil antik dan masyarakat kuba yang beragam serta pesona era tahun lima 50an membuat foto foto ku jadi menarik. selama di Havana, kemana mana aku menyewa sebuah taxi meter, jangan bayangkan taxi havana senyaman taxi jakarta. Taxi di Havana hanyalah mobil tua merek lada buatan Rusia, cadillac dan berbagai jenis produksi tahun 50an lainnya. Dengan pintu reot yang kadang sudah tak bisa tertutup rapat, belum lagi supirnya ngebut ngebut memberikan pengalaman tersendiri ber'taxi' di Havana ..hahaha..awalnya aku mengambil taxi di depan hotel, ternyata setelah ngobrol ngobrol dengan supirnya Juan , dia mau mengantarku seharian berkeliling kota,membeli souvenir dan mencoba kuliner ala kuba dari pagi sampe malam hanya dengan membayar sekitar 50 US dolar, jika di konversi ke dolar amerika Juan hanya mendapat 20-25 US dolar saja jika sehari menjadi sopir taxi ( 1 CuC = 1.6 US $ ),..terang saja dia mau..dari pada harus menyewa mobil dari hotel tentulah jauh lebih mahal.( trik ini sering kulakukan di daerah antah berantah, hitung hitung lebih murah dan sopir taxi bisa merangkap guide, plus makan siang/malam aja). hampir 80 persen kendaraan di Kuba adalah kendaraan tua buatan rusia peninggalan tahun 50an,masyarakat umum hanya boleh menggunakan kendaraan sejenis itu, jika kita melihat kendaraan terbaru di jalan raya pastilah kendaraan korps diplomatik,atau mobil artis,atlit atau dokter yang telah berjasa bagi negara, jadi mereka mendapat kekhususan memiliki mobil dan rumah.
Cerutu kaki lima rasa bintang lima
Kalau sudah sampai Havana tentulah tidak afdol kalau tidak mencoba cerutu kuba ...memang benar ! kalau mau cari cerutu disinilah tempatnya,kuba menyajikan cerutu kelas dunia jadi tak heran kuba menjadi surga bagi pencinta cerutu. Kuba adalah penghasil tembakau yang terbaik di dunia , kebanyakan hasil tembakau didatangkan dari daerah pinal del rio, sebelah barat kota havana. salah satu tempat yang tertua di havana dalam mengolah tembakau menjadi cerutu adalah Partagas real fabrica de tobacos, pabrik cerutu partagas terletak di jantung kota havana tua , ada beberapa merek terkenal seperti cohiba, romeo y julieta, montecristo dan masih banyak lagi yang di produksi disini, bayangkan saja ..cerutu dengan merek Cohiba, sekotaknya berisikan 25 batang harganya bisa mencapai 5-6 juta rupiah. memang cerutu cerutu Kuba ini diproduksi oleh tangan tangan trampil yang dilatih di escuela del cigarillo atau sekolah cerutu selama sembilan bulan,dan itupun harus lulus dan bersertifikat baru bisa bekerja sebagai pembuat cerutu di pabrik. bukan main ..!! uniknya lagi, di Havana memiliki dewan cerutu kota yang mengatur semua aspek tentang cerutu ,mulai dari rasa,kemasan hingga harga. Bagi yang memilih untuk membeli cerutu sebagai oleh oleh dari Havana tapi dengan harga terjangkau, kita bisa mengunjungi beberapa tempat penjualan cerutu yang sedikit "nyempil". Juan, menyarankan dan mengantarku ke tempat itu, semacam rumah di tengah kota havana tua, disana kita bisa dapat cerutu cerutu dengan harga murah ,kualitas dan rasa , hampir sama dengan yang bermerek, benar saja !, sebatangnya hanya 1 CuC atau sekitar 12.500 rupiah saja, murah kan? tetap cerutu dari havana,..dapat banyak lagi. ,..cerutu kali lima taste bintang lima !.
Unik dan menarik, berlama lama di ciudad de la habana... Banyak banget tempat yang bisa kunjungi di havana, seperti catedral de san cristobal, museo de art colonial, gedung capitolio dan masih banyak lagi,bagi suka "ngafe" disana ada cafe terkenal La Bodequita del medio sekaligus mencoba minuman khas kuba,mojito yang terbuat dari rum,mint,gula halus dan soda. Dan jika mengunjungi cafe El Floridita jangan lupa mencoba daiquiri sejenis jus buah yang dicampur dengan margarita dan soda, sehingga serasa menjadi Ernest Hemingway. Jika kita masuk dalam cafe La Bodequita kita masih bisa temui tulisan tangan Ernest Hemingway, pemenang nobel sastra tahun 1954 itu . Salah satu tulisan tangannya masih tergantung di dinding La Bodequita. " My mojito in la bodequita, my daiquiri in el floridita" begitulah bunyinya. Hemingway pernah menetap di kuba, rumah tinggalnya memang agak ke keluar kota havana di desa la vinca vigia dimana seluruh waktunya dipakai untuk menulis karya sastranya, seperti, "The old man and the sea". Tapi di havana tempat favorit Hemingway adalah Hotel Ambos Mundos, yang melahirkan novel "For whom the bells tolls". Jika malam menjelang kita bisa bersantai sambil menghirup udara laut di Malecon sekaligus melihat Castillo del Morro di seberangnya. kami juga sempat menikmati makan malam di cafe di dalam castillo del morro sekaligus menikmati suguhan musik latin hingga larut..menyenangkan. Besoknya setelah menyelesaikan pekerjaanku meliput konfrensi KTT Non blok ke 14 , bersama Juan kembali menyusuri Havana vieja mencari souvenir,karena hari ini adalah hari terakhir kita di Havana,.lagi lagi harus tukar uang di tempat penukaran uang,.mata uang di Kuba diberlakukan dua mata uang yaitu Peso untuk warga negara Kuba dan CuC (Cuban Convertible) untuk extranjero atau orang asing . Nilai konversi mata uang untuk satu dolar senilai dengan 26 Pesos atau sama dengan 0.8 (sen) centavos CuC. jadi kami sebagai extranjeros tidak diperkenankan belanja memakai pesos, harus memakai CuC. Begitupun dipasar, pemerintah membagi pasar untuk masyarakat Kuba khususnya menjual sembako dengan harga murah,dan los extranjeros tidak diperkenankan berbelanja disitu pula. Juan mengantarku ke pasar souvenir untuk membeli oleh oleh dan tak lupa membeli baju kemeja khas kuba. Setelah lelah berkeliling Havana kita kembali ke Hotel Nacional de Cuba untuk bergabung bersama teman teman disana. Hotel Nacional de Cuba, adalah salah satu hotel terbaik disana,dengan pemandangan indah diatas bukit malecon dan menghadap laut karibia,hotel ini salah satu hotel tertua namun masih menawarkan kenyamanan dan keramahan Kuba, tidak heran kalau sejumlah orang terkenal pernah menginap disana seperti Marlon Brando,Frank Sinatra,John Wayne , Ernest Hemingway, Winston Churchill dan tentunya Presiden SBY dan rombongan pun penginap di hotel nacional de cuba. Besoknya kami bertolak kembali ke jakarta,..volvemos a Yakarta...hasta luego Havana..!!!

Jumat, 04 Juni 2010

Devil's Island,Guyana Perancis

Alfred Dreyfus dan "Papillon" dari sini
Jika anda mengunjungi Guyana Perancis, selain dapat melihat pusat peluncuran satelit perancis di kourou,Guyana. juga jangan lewatkan untuk mengunjungi devil's island atau Ile du diable yang terletak bagian utara Guyana perancis. Guyana Perancis sendiri terletak di pantai utara semenanjung amerika selatan tepatnya diapit oleh Suriname dan Brazil. Guyana Perancis merupakan departemen perancis, atau semacam Provinsi perancis yang berada di amerika selatan. Untuk mencapai Guyana Perancis biasanya melalui Perancis. Lama penerbangan dari Orly, Paris ke Rochembeau int'l airport,Cayenne memakan waktu selama 11 jam. Cayenne, ibukota Guyana Perancis memang merupakan sebuah kota kecil, namun mencerminkan berbagai multietnis perancis, termasuk penduduk keturunan Indonesia, mereka merupakan imigran dari suriname yang bekerja di pusat antariksa guyana, tidak heran jika kita mau sholat pun kita bisa temui masjid di kota itu. Banyak tempat menarik bisa kita kunjungi disana khususnya aktivitas outdoor seperti berperahu menyusuri sungai di hutan tropis amazon yang melintasi brazil hingga ke suriname, tapi jangan lupa makan obat malaria. Tempat yang paling banyak menjadi tujuan wisata adalah ke ile du diable atau Devil's island, kurang lebih selama 30 menit dengan menggunakan boat dari Cayenne, jaraknya hanya sekitar 11 Km atau 6,9 Nautikal mil dari pantai Kourou. Beruntung aku dan Reporterku Johneri Pandia, kami difasilitasi oleh Arianespace sebuah helikopter jenis dauphin (Dolphin) menuju Devil's island. Kurang dari 10 menit kami sudah mendarat di halipad devil's island, jika dilihat dari udara, devil's island yang terdiri dari tiga pulau masing masing ile du diable,ile du royale dan ile du saint joseph, memang benar benar terisolir karena memiliki pantai dari batu karang keras dan susah didarati oleh kapal pada jaman dahulu, jadi tidak heran jika pulau itu pada tahun 1852-1946 oleh pemerintah perancis dijadikan sebagai penjara bagi para tahanan politik yang melawan pemeritahan pada waktu itu. Begitu kami mendarat sudah dijemput oleh phillipe,seorang polisi wisata yang ditugaskan untuk mengawasi sekaligus sebagai guide bagi kami. Banyak yang diceritakan bagaimana buruknya pulau ini pada jaman dahulu sampai dinamai sebagai devil's island karena konon setiap tahanan politik yang dikirim ke pulau ini pasti lah sedikit yang bisa bertahan hidup. Memang devil's island masih meninggalkan kerasnya kehidupan penjaranya hingga kini, penjara dengan elevasi 40 meter diatas permukaan laut,pada jamannya pasokan makanan dikirim melalui tali yang menghubungkan pulau satu dengan lainnya,karena bebatuan karang tajam yang mengelilingi pulau itu, bisa anda bayangkan jika ada tahanan yang ingin melarikan diri tentulah tidak akan selamat . Pernah ada sekitar 80.000 tahanan dikirim ke pulau ini oleh penguasa ,akibat mendapat perlakuan yang buruk,penyebaran penyakit dan hukuman mati ,mereka tidak pernah kembali. Anda masih ingat cerita skandal politik perancis pada tahun 1894 seorang kapten yahudi perancis, Alfred Dreyfus juga ditahan di pulau ini yang dituduh berkhianat dan membocorkan rahasia militer perancis ke jerman, dan akhirnya dibebaskan akibat kesalahan pemerintah perancis, masih ingat "Papillon" salah satu buku paling laris yang ditulis Henry charriere dan kemudian difilmkan dengan judul yang sama dan diperankan Steve Mcqueen dan Dustin Hoffman juga menceritakan upayanya melarikan diri dari kejamnya penjara di pulau ini. Devil's island merupakan salah satu dari 13 penjara yang paling brutal di dunia. Pada tahun 1938 pemerintah perancis berhenti mengirimkan tahanan ke devil's island dan tahun 1952 pulau ini resmi ditutup sebagai penjara. Kini devil's island merupakan sebuah tempat yang ramai dikunjungi wisatawan dan memang memiliki pemandangan yang indah disisi lainnya, ada dermaga dengan perahu perahu pesiar,hotel dan restaurant. kesemuanya kini telah disulap menjadi obyek wisata tanpa merubah sedikitpun bentuk bangunan peninggalan penjara. Kita bisa menginap di hotel yang dulunya penjara sekaligus merasakan aura "papillon". Selamat mencoba....!!

Jumat, 28 Mei 2010

a longa e sinuosa estrada em Lorosae

Hari itu, 26 September 1999, dengan menggunakan pesawat hercules C-130 milik TNI AU sedikitnya 29 wartawan media nasional dibawah koordinir Kol.Panggih mendarat di bandara Komoro,Dili. Kedatangan kami di Dili untuk meliput saat saat terakhir penarikan pasukan TNI dari Timor timur yang ditandai dengan penyerahan kodal (Komando dan pengendali) keamanan dari PPDM (panglima penguasa darurat militer) Mayjen TNI Kiki Syahnakri kepada INTERFET (international force for east timor) dibawah pimpinan Mayjen.Peter Cosgrove. Dengan menggunakan bus hijau milik korem kami berangkat dari bandara komoro menuju ke faroul, markas batalyon linud 700. Sepanjang perjalanan melewati jalan jalan utama di kota Dili, terlihat sangat lengang oleh warga kota, banyak barikade kawat berduri dan kendaraan militer milik interfet berseliweran termasuk helikopter black hawk meraung raung di udara. Kami walaupun menggunakan kendaraan TNI harus beberapa kali berputar karena blokade, maklumlah INTERFET seakan akan sudah tidah sabar lagi untuk memegang komando dan kendali keamanan di Timor timur. Kol.Panggih meminta kami sebelum ke markas Yon linud 700 mampir di pelabuhan dili terlebih dahulu, untuk meliput penarikan personil TNI dengan KRI Teluk Banten. Siang itu kami sampai dipelabuhan,kulihat banyak personil TNI yang tengah menunggu kedatangan KRI Teluk Banten, kebanyakan dari mereka hanya bisa mengisi waktu luang dengan bermain kartu,mencukur rambut atau sekedar tiduran didekat barang bawaan mereka,memang setiap personil sudah tidak dijinkan lagi meninggalkan pelabuhan
karena seluruhnya siap berangkat jika KRI tiba. Dibawah pengawasan tentara australia yang ketat dengan segala perlengkapan dan atributnya menunjukan kota Dili seolah olah menjadi tempat yang paling berbahaya di dunia, bagi kami itu terlalu berlebihan, "Show of force" lah, bayangkan saja dengan pakaian tempur lengkap, bullet proof vest, night vision google, senapan laras panjang steyr dan pistol glock bahkan pakai electric shock gun segala , plus kendaraan lapis baja yang moncong senjatanya di arahkan ke pelabuhan. Reporteku,Ari Purnomo Adji meminta untuk membuat PTC (piece to camera) di jembatan pelabuhan ,untuk melengkapi storynya tentang penarikan pasukan TNI dari Dili. Sesaat tengah melakukan PTC, sebuah ledakan yang menimbulkan bola api besar membumbung ke udara sekaligus mengisi frameku dan menjadi background PTC ari. segera kukemas kameraku dan kami meninggalkan kompleks pelabuhan menuju lokasi kejadian..begitu melewati kantor gubernur Tim-Tim kendaraan kami sudah diblokir oleh tank dan
kendaraan lapis baja lainnya, "you are not allowed to enter this area!" kata seorang tentara gurkha yang menjaga blokade itu.tapi kulihat banyak wartawan asing alias bule yang dengan seenaknya bisa masuk, tanpa banyak cingcong aku bersama cameraman RCTI,Deny Yuriandi dan fotografer kompas Eddi Hasby ( Eddy Hasby menerbitkan foto-foto liputan ini dalam bukunya the long and winding road) dan beberapa fotografer lainnya menerabas masuk untuk mengambil gambar. Ternyata ledakan itu berasal dari gedung bank danamon yang masih baru, sepertinya ada yang tidak rela meninggalkan gedung sebagus itu pada interfet atau Timor timur. Tidak tampak pemadam kebakaran atau upaya untuk memadamkan api tapi hanyalah tentara australia dan inggris yang panik dan siap tembak berlari sambil membidik disekitarnya
.kamipun boleh mendekati mereka dan mendapat gambar yang menarik. (foto-foto dibawah ini merupakan footage dari camera ENG kami) aku dan Deny, sepertinya saling mengerti untuk memanfaatkan situasi ini " Den,tukar kamera! lu bawa punya gua trus kita saling shooting!" teriakku pada Deny. Dengan sigap deny mengambil kameraku dan sebaliknya aku mulai merekam aksi deny. Aku dan Deni mulai bermain main diantara pasukan yang tengah siaga mencari pelaku peledakan. konyol memang kita berdua masih sempat sempatnya membuat dokumentasi pribadi yang akhirnya berguna juga hingga saat ini
(pembenaran ya? hehhe...)tak lama, seorang kapten dari brigade infanteri inggris rupanya sudah memperhatikan aku dan Deny sejak dari tadi, menghampiri kami dan berteriak " please stay away from the troops, you could be injured". Akhirnya kami sadar juga ,bagaimana kalau saat itu masih ada kontak senjata, pastilah sangat berbahaya..tapi itulah kesan kami bahwa interfet terlalu 'lebay' atau berlebihan,...tapi
bagaimanapun kami mendapat liputan bagus hari itu..setelah peledakan bank danamon kami menuju ke markas Yon 700 , untuk meliput kegiatan yang lain.Malamnya kami menginap di farol, menempati ruangan tengah yang berisikan beberapa meja panjang sehingga kami tidur sebagian di atas meja dan sisanya harus menggelar koran dilantai, malam itu kami tengah menunggu keputusan dari PDM tentang bagaimana prosesi penyerahan kodal besok pagi, kami semua berharap ,besok pagi merupakan saat saat yang ditunggu dan bersejarah, terbuka dan dapat diliput, karena kami khawatir sejak keberadaan interfet di Dili, protokoler hampir didominasi oleh INTERFET dan bisa bisa penyerahan kodalpun bisa berlangsung tertutup. Benar saja keesokan harinya, beberapa jam sebelum upacara penyerahan kodal dari panglima PDM ke INTERFET, kami diberi tahu bahwa upacara itu tertutup dan tidak bisa diliput oleh media, dengan alasan yang tidak istimewa dan berlangsung singkat. Acara itu berlangsung tepat pukul 09.00 waktu Dili dan prosesinya hanya sekitar 30 menit. Kami benar benar kecewa atas tingkah dan kepongahan INTERFET terhadap wartawan indonesia, tak heran jika pasca peristiwa itu Australia dihajar habis habisan di media internasional dan memerosotkan simpatik dunia terhadap campur tangan Australia dalam kasus Timor timur.Tak banyak yang dapat kami lakukan selain menunggu acara press confrence dari Panglima PDM,Mayjen TNI Kiki Syahnakri dan komandan INTERFET Mayjen peter Cosgrove. Dengan ditandainya penyerahan kodal dari TNI ke pasukan multinasional maka serempak juga seluruh kekuatan TNI ditarik dari bumi Lorosae, yang tersisa hanya Yon Linud 700 yang berjumlah 100 personil guna menjaga seluruh aset Indonesia yang masih berada disana. Kamipun sudah siap untuk keluar dari Timor timur,dengan menggunakan sebuah truk kayu diangkut ke bandara, suasana di jalanan jauh lebih ramai dari hari sebelumnya, tampak masyarakat mulai keluar dan turun kejalan,namun kesan sinis dan antipati terhadap indonesia masih kental terpancar dari tatapan,bahkan umpatan yang dilontarkan jika kami jumpai mereka di sepanjang jalan menuju komoro, Suasana di bandara Komoro,Dili sangat sibuk banyak pesawat militer multinasional yang take off dan landing,sedikitnya ada 6 hercules C-130 TNI AU yang sudah terparkir disanadan siap menerbangkan pasukan TNI meninggalkan lorosae. Selepas tengah hari seluruh pesawat hercules TNI AU itu melakukan start engine,taxing and taking off untuk membawa kami meninggalkan bekas anak ibu pertiwi itu. good bye lorosae....

Minggu, 23 Mei 2010

Berburu Kanguru di Taman Nasional Wasur

Siang itu panas cukup terik ketika kami kembali dari perbatasan RI-PNG menyusuri satu satunya jalan lintas yang membelah taman nasional wasur di merauke, kurang lebih 80 kilometer jalan lurus dan panjang menghadirkan pemandangan yang eksotis, fatamorgana,pohon eucalyptus dan rawa yang berada pada dua sisi jalan raya..terkadang pandangan terhalang oleh asap kebakaran akibat kebakaran hutan yang sering terjadi jika musim kering,..sesekali kami berpapasan dengan truk, mobil jip 4x4 atau angkutan antar kota yang melayani daerah itu,.merauke-sota PP atau yang paling jauh merauke-boven digul PP.. Saat itu bulan puasa tahun 2009 , aku, yanti dan heryanto masih tetap menjalankan puasa walau harus shooting di daerah yang panasnya bukan main,(semalam kami bertiga tidak sahur karena ketiduran)bayangkan,tanpa sahur harus membuat liputan tentang pembauran suku di perbatasan RI-PNG, Sota menjadi suatu tantangan tersendiri, panas menyengat serasa seluruh cairan tubuh ini menguap ke udara sehingga untuk menelan liur saja susah,sekembali dari sota dengan menggunakan mobil kijang innova ber AC ,membuat kami benar benar menikmati sejuknya AC.!! kami lebih memilih tidur daripada melihat suguhan keindahan alam TN wasur. Memang kata orang kalau jodoh,tetap saja pasti ketemu..secara kebetulan aku terbangun membetulkan dudukku di mobil, sambil menengok keluar jendela kulihat ada anak anak kecil yang berenang di rawa ditepi ,tak jauh kulihat ada seorang wanita tengah membuat sagu.sesaat kuminta mobil untuk berhenti dan turun menyapa mereka, mungkin saja ada sesuatu yang bisa kami rekam tentang suku mereka.. suku kanum yang sengaja bermukim di daerah situ selama beberapa minggu untuk memetik daun kayu putih.seluruh keluarga diboyong ke hutan untuk memetik daun kayu putih mulai dari kakek yang umurnya 80an sampai anak bayi yang baru beberapa minggu..siangnya mereka memetik daun kayu putih dan membuat sagu dan malam hari berburu saham atau nama lain untuk kanguru. Seorang lelaki paruh baya dengan rambut gimbal gaya bob marley duduk diantara pemuda kanum di tumpukan dedaunan kayu putih,Vitalis namanya. vitalis merupakan orang yang dituakan disitu,.mereka juga welcome dengan kehadiran kita,bahkan mereka mengajak bermalam jika mau melihat bagaimana mereka berburu kanguru.,.pucuk dicinta ulam tiba,langsung saja kami mengiyakan ajakan ini,.konon dulu ada sebuah stasiun televisi dari norwegia yang ingin mendokumentasikan perburuan kanguru dengan mereka, ditolak walaupun akan membayar mahal.cuma ada syaratnya, kita harus membeli sirih pinang sebagai tanda kalau kita mau masuk bersama mereka,puluhan buah baterai lampu senter untuk kebutuhan berburu. Vitalis juga akan berdoa dan bertanya kepada leluhurnya dulu apakah kita diijinkan atau tidak,hal ini merupakan kebiasaan dan adat orang kanum. Kami putuskan kembali ke merauke dulu untuk menyiapkan segala keperluan tersebut, sesampainya di pasar kami membeli semua pesanan mereka dan tentunya rokok , biskuit dan sembako untuk mereka. selepas berbuka puasa dengan es pisang ijo di pasar merauke, kami bersiap utnuk kembali ke TN Wasur. sekitar jam 21.30 kami sudah bergabung dengan orang orang kanum di Wasur, Vitalis terlihat menyambut kami seraya memegang segelas wati (minuman keras khas merauke)mengajak kami mencoba wati,.."cobalah ini enak buat berburu" wahh mau berburu harus mabuk dulu,ngga lah! yang lebih takjub lagi wati itu diminum dengan rumah semut yang masih ada semutnya,.apa rasanya ya? katanya sih pedas pedas gitulah! konon itu obat bagi mereka,.. vitalis bilang dari hasil terawangannya kita diijinkan berburu malam ini,..Setelah membagi semua sirih pinang,tembakau dan baterei kesuluruh peserta kita mulai berjalan masuk ke hutan. landscape hutan TN Wasur datar dan ditumbuhi pohon kayu putih dan banyak musamus atau rumah semut yang tingginya bisa mencapai 5 meteran.lama kelamaan dalam hutan ini pemandangan mulai terlihat sama bagi kami, sepertinya kalau disuruh kembali pastilah kesasar karena disorientasi. Hampir satu jam kami menjelajah dalam hutan belum ada tanda tanda akan ada kanguru,hery dan yanti mengingatkanku kalau dalam waktu beberapa menit lagi tidak menemukan kanguru kita harus balik kanan saja alias pulang. kupikir tanggung lah sekali basah yaa mandi sekali, pulang sudah jauh, siapa juga yang mau mengantarkan kami?..tak lama vitalis bilang kalau kita hening sejenak sepertinya ada saham yang lewat..memang cara berburu saham atau kanguru memiliki cara tersindiri dan unik..pemburu terdiri dari tim senter dan tukang tebas. Tim senter biasa terdiri 5 sampai 8 orang sementara tukang tebas bisa 1 atau 2 dengan keahlian khusus. Para pemburu berjalan secara horisontal dengan menempatkan tukang tebas berada ditengah. jika sudah terlihat kanguru tim senter akan menyoroti mata kanguru dari berbagai arah dengan begitu kanguru akan bingung dan terdiam sejenak, kesempatan itu tukang tebas bergerak mendekati kanguru yang yang bingung,uniknya tukang tebas harus melepas celananya untuk menghindari bunyi gesekan kain,bergerak mendekati kanguru juga dengan lompatan menyerupai kanguru serta meniup peluit dari batang bambu sehingga menimbulkan suara seperti kanguru, setelah dekat maka ditebaslah kanguru itu dengan parang ,... walaupun kanguru sebagai satwa yang dilindungi, tapi di taman nasional wasur kita dibolehkan berburu kanguru dengan senjata tradisional, berapapun maunya asalkan jangan memakai senjata api,itu terlarang dan bisa ditangkap polisi hutan. "Mereka sudah dapat saham" tukas vitalis,rasanya tak sabar ingin melihat hasil buruan pertama, tak lama sorotan sorotan senter itu semakin mendekat ke kami dan yohanes,tukang tebas terlihat sudah menggendong seekor kanguru dengan punggung terbuka bekas tebasan parang,dengan bangga yohanes menunjukan hasil buruannya, seekor betina dengan bayinya yang masih merah dan belum berbulu pada kantong perutnya,melihat bayi yang sebesar 10 centimeter itu muncul perasaan bersalah terhadap induk kanguru ini, "kenapa yang induk dibunuh pak" tanya yanti pada yohanes,..sambil tersenyum yohanes menjawab bahwa dalam gelap kita tidak bisa bedakan mana yang induk dan jantan...pokoknya ada mata kita tebas! Semakin larut dan jauh kedalam hutan kita berburu hingga pukul 2.30 dinihari, malam itu kita mendapat 3 kanguru, satu kanguru hidup yang ditangkap dan seekor babi hutan. setelah lelah berjalan kaki kurang lebih 4 jam setengah di dalam taman nasional wasur membuat kita semakin jauh untuk kembali,bahkan rombongan vitalis pun sedikit disorientasi dan kehilangan arah sehingga kita keluar sangat jauh dari tempat kita semula, tak terasa punggung kananku mulai memar akibar shoulder pad camera yang menggantung sejak berangkat.belum lagi semua lampu senter sudah tidak bisa lagi menyala karena habis, sehingga kami masing masing menggunakan handphone sebagai pengganti lampu senter. Butuh lebih dari satu setengah jam untuk kembali ke menemukan jalan aspal merauke-sota.begitu kami jumpai aspal bukan main senangnya karena berarti sebentar lagi kita akan sampai,..hasil buruan kanguru diletakan di aspal,kurebahkan badanku pada aspal yang yang lembab sambil menatap bintang, sangat cerah malam itu hingga semua rasi bintang dapat terlihat olehku...."disinilah 16 tahun lalu aku pertama kali melihat kanguru melintas di aspal TN Wasur pada tugas pertamaku di merauke,kini aku bisa melihat hasil buruan kami di jalan yang sama" masyaAllah engkau masih mengijinkan aku hidup menikmati nikmatmu hingga hari ini....(selesai)

Rabu, 12 Mei 2010

catatan perjalanan mentawai III

Mereka bertiga jalan kaki dari rumahnya sekitar 1 jam untuk bergabung dengan sekolah hutan
Memasuki hari ketiga di desa sangong,kamera sudah kembali berfungsi dan hanya tinggal hari itu bagi kami untuk mendokmentasikan seluruh kegiatan masyarakat sangong, termasuk kegiatan anak anak belajar disekolah hutan, baru hari dapat dilaksanakan, pagi itu kulihat swendi sudah menyiapkan longboatnya yang ditambatkan di tepi sungai,saran swendi untuk menyeberangi sungai pakai longboat saja untuk menghindari kejadian seperti kemarin..kami berjalan menuruni sungai, kulihat banyak anak anak yang berkumpul di tepi sungai,..ternyata ada beberapa wajah baru diantara mereka yang belum pernah kulihat sebelumnya..mataku tertuju pada seorang anak berumur antara 5 atau 6 tahun, berbaju oranye lusuh serta menggantungkan tas merah muda di punggungnya dan tanpa alas kaki,..."da, itu siapa , baru kali ini kulihat dia" tanyaku pada ida (YCM).. " Oo, itu nike, anak dari kampung sebelah hulu..sekitar satu jam dari sini jika berjalan kaki" tukas ida..Memang nike datang kesitu bersama kakaknya mukhlis dan tetangganya dadang,.mereka bertiga berjalan kaki dari rumahnya sekitar 1 jam untuk bergabung dengan sekolah hutan..sejak saat itu perhatianku lebih tercurah pada nike,karena spontan nike mengingatkanku kepada keponakanku yang kurang lebih sebaya dengannya...aku mulai lebih banyak berfikir dan membandingkan kehidupan nike dengan anak anak sebayanya yang lebih beruntung tinggal dan mengenyam sekolah di kota..nike bermata bening, memiliki sepasang alis yang indah dan bertubuh kurus dengan rambut sebahu tak terurus, tapi nike tetap memancarkan kecantikan dan keluguan anak indonesia pada umumnya,..sengaja kudekati dia sambil menyentuh dan mengusap dahinya dengan jempolku,(hal ini biasa kulakukan pada anak kecil yang kutemui),kulihat bibirnya tersungging menunjukan rasa malu terhadap sikapku padanya.."halo nike" sapaku..tak sepatahpun kata yang keluar dari mulut mungilnya..hal ini semakin membuatku penasaran pada gadis kecil ini yang menyimpan setumpuk kemauan belajar walaupun harus melewati hutan sagu berawa..kamipun bersama sama menyeberangi sungai itu dan berjalan menyusuri jalan setapak ke sekolah hutan,..kondisi jalan yang berawa dan terkadang kami temui pasir lempung yang dapat menelan kaki hingga ke betis,menghambat laju kita untuk mencapai sekolah itu. 20 menitan lah jalan kaki.. Disekolah yang dibangun diatas lahan pemberian masyarakat desa sangong,menurutku cukup nyaman sebagai sekolah hutan, dengan beratap daun sagu serta ruang belajarnya diteras tanpa berdinding membuat suasana sejuk dibagian depan. sengaja dari desa sangong kami bawakan beberapa botol air mineral ukuran besar dan nutrisari sasetan untuk dicampur dan dibagikan setelah sampai disekolah hutan. memang pilihan yang tepat,air jeruk instan.....menghilangkan dahaga kami semua siang itu.sengaja kutengok kebilik tengah sekolah,terlihat setumpuk buku buku pelajaran tidak tertata dan beberpa buah buku karangan andrea hirata, seprei lusuh dan kompor minyak tanah yang belum pernah terpakai pada sudut bilik itu,..bilik itu selain gudang juga sebagai kamar swendi jika bermalam disitu.dengan meja berkaki tunggal dan tanpa kursi alias lesehan anak anak mentawai ini masing masing mulai mencari tempat yang nyaman di teras untuk memulai belajar,..kembali mataku tertuju pada nike yang mulai membuka ransel merah mudanya yang berisikan sebuah buku tulis dan baju bersih yang dibungkus plastik bening,....ya Allah, anak ini ingin sekali bersekolah walaupun harus membungkus segala perlengkapannya dengan plastik agar tidak basah, maklum dia harus melewati beberapa anak sungai,jika sedang pasang berarti nike harus berenang,.MasyaAllah, tak terasa mataku terasa basah,. terharu melihat anak anak ini..terlebih lagi ketika pelajaran menyanyi dan mereka menyanyikan lagu " saaatu nusa.. saaatu bangsa. satu baahasa kitaaaa,..dst..saat itu kusembunyikan mataku dibalik kameraku karena malu jika teman temanku tahu bahwa aku menangis,..memang sih agak agak melo, tetapi suasana dan kondisi itu akan membuat siapapun tersentuh..dibenakku" mereka mengaku sebagai anak bangsa, tapi apakah mereka diaku oleh bangsa ini sebagai anak anaknya? kalo ya, please,.. buatkan sekolah dong untuk mereka!"..memang sejak saat itu kurasakan sepertinya semakin dekat dengan mereka,....bukan berarti mereka tinggal di pedalaman terus mereka tidak memiliki nilai tambah,ternyata banyak sekali yang bisa dipetik dari mereka,semangatnya dan kesederhanaan, itulah yang menjadi modal mereka kelak ..bukan main. Pada suatu sesi swendi mengajak mereka ke hutan sekeliling sekolah dan setiap anak harus mengambil tumbuhan kemudian di inventarisir oleh swendi termasuk khasiat dan cara meramunya,anak anak ini sepertinya sangat kenal betul setiap tumbuhan yang berkhasiat untuk obat, karena memang pengetahuan ini diturunkan secara turun temurun oleh orang tua mereka.
Ternyata disanapun air tidak sebening yang kami bayangkan,..dasar sungai lebih berwarna merah kayu dan banyak jentik nyamuk.
Setelah beberapa jam disekolah hutan kami kembali ke uma di sangong untuk siap siap mengunjungi sikerei(dukun mentawai) di hulu silaoninan, harus kembali ke sangong karena mesin tempel swendi disimpan disana untuk dipasang di longboat,bersama nike,mukhlis dan dadang,anak anak hulu ini akan menumpang kami untuk pulang daripada harus berjalan lagi selama satu jam...Menuju ke hulu hanya beberapa menit dari sangong, sampailah kami di rumah sikerei,..umanya beberapa meter lebih kejauh dari tepi sungai, terlihat banyak ternak babi berkeliaraan pekarangan uma,..dan yang pasti uma ini jauh lebih tua dari uma yang kita tempati di sangong, terlihat dari kayu kayu yang sudah banyak lapuk sehingga kita harus berhati hati meniti jembatan batang kelapa ke teras umanya..begitupun di bagian dalam uma lebih banyak perabot upacara adat untuk upacara sikerei yang biasanya dilakukan disitu,.kedatangan kami mendapat sambutan hangat dari sikerei yang kira kira berusia 70 tahunan itu, dengan tato ala mentawai disekujur tubuhnya, sikerei banyak bercerita tentang apa dan bagaimana untuk menjadi sikerei,..dengan mata rabun karena katarak sikerei ini bersemangat menunjukan peralatannya, berupa sebuah kotak panjang yang terbuat dari pelepah batang pisang kering dan berisikan jimat,mantera dan ramuan obat obatan buatan sikerei, mirip"medical kit"lah...setelah mengambil gambar sikerei juga menunjukan sebuah tarian sikerei, sambil menghentak hentakan kaki di lantai kayu uma ia menyanyikan lagu lagu dalam bahasa mentawai yang biasanya dinyanyikan pada prosesi penyembuhan..unik.! setelaha beberapa saat menari, kulihat napasnya tersengal sengal maklum sudah sangat sepuh,..dan kembali kami duduk dan sikerei melanjutkan ceritanya tentang tato,..ia bilang bahwa banyaknya tato di badan ini tergantung banyaknya jumlah ternak yang ia miliki,.memang proses pembuatan tato ini memakan waktu yang lama dan sedikit demi sedikit karena ,selain memakai jarum dan tinta tradisional,juga amat sakit, sampai sampai bisa demam..wouw!, nah jika seseorang pernah membunuh orang khususnya didalam perang maka akan diberi tato berupa lima garis di punggung, dengan demikian setiap orang akan tahu bahwa orang tersebut pernah membunuh orang....hal ini merupakan prestise tersendiri bagi laki laki mentawai karena akan disegani dan dipandang jantan. tak lama setelah berbincang dengan sikerei kamipun pamit dan kembali ke desa sangong...masih tersisa setengah hari lagi waktu kami di desa sangong, tak banyak yang kami lakukan selain menikmati sisa waktu kami, aku,tribudianto dan trisnoto memutuskan untuk mandi, maklum sejak kami tiba di sangong kami belum pernah mandi,karena memang tidak ada air bersih, kalau mau mandi ya di sungai! badan terasa lengket dan penat tidak ada pilihan untuk tidak mandi,...kami berjalan ke anak sungai yang agak menjorok jauh kedalam sungai, kami diantar putra aman sabaogok,..ternyata disanapun air tidak sebening yang kami bayangkan,..dasar sungai lebih berwarna merah kayu dan banyak jentik nyamuk, akulah yang paling pertama turun ke sungai itu ternyata airnya segeerrr banget untuk ukuran kita saat itu,..kalau diciduk dengan ember asalkan jangan sampe ke dasar sungai, bening bening juga hahaha,..mandi sampe puas!!!! tidak ada yang istimewa pada malam itu,.. kecuali aku harus buang hajat di jembatan batang kelapa pada malam hari di, aku semakin pandai duduk menggantung di batang kelapa,dengan sebatang galah yang kutancapkan pada dasar sungai plus lampu senter di ikat di leher sempurnalah hidupku ini, easy come,. easy go.!! paginya setelah sarapan nasi goreng buatanku, tibalah waktunya untuk meninggalkan sangong,..setelah berfoto foto dengan keluarga aman sabaogok,.aku mendapat sebuah tanda mata berupa gelang khas mentawai hasil anyaman bang,.begitulah panggilan aku padanya ..hingga pulang tidak pernah ku tau namanya yang memberikan gelang itu padaku...hanya bang saja.! sambil membawa genset listrik aman sabaogok yang rusak kami meluncur kembali menuju muara dan mampir di selapa,..setelah beberapa saat diselapa dan ketemu juga dengan sikerei yang tadinya mau melakukan upacara bagi anggota keluarga baru yang berumur beberapa bulan, sempat tertunda karena kebetulan saat itu seorang putri sikerei juga tengah menunggu waktu untuk melahirkan, harap harap cemas tergambar di wajah seluruh anggota keluarga sikerei,..para wanita sibuk masuk keluar kamar sambil membawa air panas dan air dingin dalam bambu,terkadang kudengar si ibu merintih kesakitan akibat kontraksi...kamipun putuskan untuk tidak berlama lama disitu kerena kami harus tiba dimuara sebelum sore....sepanjang jalan hujan deras mengguyur kami sampai sampai terasa sakit tetasan air hujan jatuh menusuk kulit kami, sekitar 3 jam kami diterpa hujan dan bibir kami semuanya membiru kedinginan,.swendi pun kulihat sudah sangat menggigil,..ketika sampai di Muntai kami putuskan untuk berhenti sambil menikmati kopi jahe buatan kolega ida yang bekerja di polindes muntai..."kita nginap dimana kalau di muara?" tanyaku pada ida ,..kata ida banyak penginapan disana tapi yaa begitulah,..dari jawabannya ida, kunilai banyak penginapan di muara tapi tentunya tidak senyaman yang kita harapkan,.."bagaimana?, kita nginap di pulau saja yuk?" tanyaku lagi pada yang lain...yantilah yang paling bersemangat,..mantab bang!jawabnya spontan,masalahnya bagaimana kita kepulau pikirku,apa pergi dengan swendi pakai loangboatnnya?wah terlalu riskan belum lagi harus keluar muara banyak arus dan lewat laut terbuka pasti tidak akan sanggup swendi melewati daerah itu,..memang benar swendipun takut jika memakai loangboatnya apalagi kalau dilaut dia bukan ahlinya,..swendi sarankan untuk menukar body perahu yang lebih besar seraya mencari temannya di Muntai, tak lama kemudian swendi kembali dengan temannya dangan menawarkan satu opsi lagi, "kalau tidak mau menukar body kita tunggu air pasang ada jalan tembus menuju pulau masilok lewat terusan" kata swendi mencerikatakan sebuah terusan yang dibangun oleh misionaris italia beberapa tahun lalu, lebih mempersingkat waktu dan jarak tempuh tanpa harus keluar lewat muara yang terkenal arusnya kuat..wah boleh juga ,..tapi setelah kita lewati terowongan itu ternyata masih surut dan dangkal jadi susah dilalui..satu satunya jalan ke pulau masilok adalah dengan menggunakan body dan mesin besar..sampai di muara kami titipkan genset amansaba untuk diperbaiki, kami belanja lagi kebutuhan kami dan mencari perahu yang mau mengantar kami ke pulau ,..mujurnya kami bertemu bang nas dan yang sudah kami kenal ketika di KMP ambu ambu dari padang ke siberut,..dia bilang kalo mau kepulau ongkosnya 2 juta rupiah pake boat besar mesin 80 pk, wah mahal bangat pikirku lagi pula dari mana uang sebanyak itu,..kami dikenalkan pada ujang pemilik boat sekaligus membuka depo minyak di muara,..orangnya ramah dan simpatik,..katanya bagaimana kalo hanya pakai satu mesin 40 pk jadi bisa dapat separuh harga,..jadi tidak boros BBM..wise! satu lagi !kalau sudah sampai disana mau tinggal dimana? hahaha betul juga disana memang tidak ada rumah, hanya satu cottage yang tak terawat pun minta 150 ribu perorang lho! bukan per kamar, ogah! mahal amir pikirku!.. ujang bilang disana ada rumah gubuk cuma apakah pemiliknya ada atau tidak,.biasanya dia suka menerima orang yang kemalaman atau turis turis murahan kaya kita ini,.."tapi kalo dia tidak ada disana maukan kalian tidur di terasnya saja?" tanya ujang, mauuuu! jawab kami serentak semata memuaskan rasa ingin tahun dan avunturir kami,... akhirnya, kami bisa ke pulau menjelang magrib karena kulihat laju perahu meninggalkan horison kemerah merahan jauh dibelakang kami,.sedikitnya ada tiga palung laut dangkal kita temui dalam perjalanan menuju masilok,..dari palung palung itu terlihat gulungan ombak dan pecah ditengah laut cocok untuk bermaing surfing,..dan memang buat pecinta surfing ombak ombak ini sangat ideal. Menurut bang din yang mengantar kami, konon dia sering mengantar turis bersurfing ditengah laut..unik dan menantang! pantai masilo lebih landai dan bening bisa kulihat banyak ikan di bawah boat kami ketika kami merapat tepat didepa rumah yang dikatakan ujang..kuPikir pemiliknya ada disitu karena ada sepasang suami istri yang menunggu di pantai..ternyata mereka juga hanya menumpang sekedar mencari teripang selama beberapa hari,.lengkaplah sudah perjalanan kita menikmati mentawai,. tidur di teras rumah akhirnya benar benar terwujud, pemiliknya di muara siberut beberapa hari dan bang din bilang tidak apa apa feel at home saja , katanya dia kenal betul dengan pemiliknya jadi tidak masalah,..rumah dengan teras lebar ,ada dapur dan yang lebih pentinglagi ada wc dan sumur air tawar yang sejuk,.muantabs! kulihat wajahnya yanti tertegun dalam waktu yang lama seakan tidak percaya kita berada disini, menurutnya mungkin kita akan menginap di bungalow layaknya di pantai bali,.eh ternyata di sisi pulau tak berpenghuni di samudera indonesia, cast away'nya tom hanks banget deh!kubilang sama yanti,..eh yant! seorang konglomerat sekalipun belum tentu bisa seperti kita saat ini, saat saat ini tidak terbeli dengan uang ,apapun kondisinya pasti asik menjadi suatu cerita kelak, nikmatilah selagi bisa!.."betul bang" jawabnya lirih sambil terus berorientasi di tempat barunya...trisnoto dan swendi mulai sibuk merapikan barang bawaan di teras sambil mencoba menjalankan genset aman sabaogok yang sudah beres diperbaiki,pas juga genset kelar dibenerin, dapat perahu, jadi ke pulau,semua sesuai rencana. Derum genset berbunyi, sesaat pojok kecil di pulau masilok terang........kamipun mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan baru kita, ada yang masak kopi dari kompor gas portable,ada yang mandi, bang din lebih memilih duduk dibangku panjang sambil menunggu seduhan kopi menghabiskan rokok dji sam soenya..aku lebih memilih menikmati bintang dengan duduk di bangkai perahu pecah di tepi pantai,semenatara pasangan suami istri yang sudah berada disana sejak kita datang tengah bersiap untuk pergi mencari teripang dan menombak ikan..bukan main"inilah kemerdekaan sejati" pikirku,benar benar terbebas dari tekanan pekerjaan yang bertubi tubi,..pokoknya bebas deh.!tak lama ku bergabung dengan swendi dan temannya mencari umang sejenins keong pantai disepanjang pantai untuk dijadikan umpan pancingan kita,(di muara kubeli 3 gulungan kenur + mata kail)dapat banyak umang dan kita menumbuknya didapur untuk mengeluarkannya dari cangkang...kucoba melepas kail di buritan boatnya bang din yang dilabuhkan 5 meteran dari pantai,..hingga selesai tak satu ikanpun menggigit mata pancingku akhirnya kuputuskan untuk kembali, lagi pula berlama lama di ujung boat membuat kepalaku pening...hahahha gayanya mau mancing eh taunya masuk angin.balik ke pondokan menyantap NBD,nasi bungkus dingin..bayak hal yang kita obrolin dengan bang din mulai dari gosip selebritis sampe visi anak siberut dalam kelola wisata di kepulauan mentawai,tak terasa sudah larut jarum jam ku menunjuk pada pukul dua dinihari,.memang mulai ada rasa kantuk tapi makin malam nyamuknya makin gede gede,..trisnoto dan tribudianto sudah terbungkus sarung beralaskan terpal sudah tidur sejak tadi, ida dan swendi masih mengobrol dipojok lain..tak lama kulihat perahu berlampu petromak mendekat ke pantai,..pasangan suami istri tadi pulang setelah mencari teripang. "ini hanya dua kemungkinan, dapat ikan banyak atau tidak sama sekali" seruku pada bang din sambil menunjuk pada mereka,..feeling bang din lebih baik, ia bilang bahwa mereka dapat banyak ikan.."wah kalau begitu kita bisa makan ikan sekarang" pikirku...kami berjalan ke tepi pantai dan benar saja, banyak sekali hasil tangkapan mereka,.ada ikan kakatua berwarna hijau, ada lobster dan tentunya teripang sebagai pencarian utama mereka..dengan bermodalkan seratus ribu rupiah semua ikan diberikan ke kita, tapi siapa yang mau makan sebanyak itu,akhirnya kami putuskan untuk mengambil beberapa saja untuk di bakar, swendi dan temannya mulai mengumpulakn kayu bakar dari sabut kelapa terbuang disepanjang pantai,sementara bang din menunjukan cara mengeluarkan racun dari lobster,konon racun itu bisa menyebabkan diare hebat. jam tiga pagi makan ikan bakar segar di tepi pantai masyaAllah,nikmatnya! paginya kami isi dengan berjalan kaki sekitar 15 menit ke sisi timur masilok meliwati bibir pantai untuk berenang dan foto foto..memang setiap pojok pulau ini selalu menyuguhkan view yang indah...pukul 10an ada sedikit badai dan angin kencang tapi untunglah kami sudah selesai berenang..begitu badai reda kami pun berkemas meninggalkan masilok menuju muara siberut..... Di muara, barang barang kami dititipkan lagi di baik depo minyak milik ujang yang hati.. kami pergi beli beli tiket kapal ke padang, makan siang dan beli sejumlah buku tulis,buku gambar dan pensil warna untuk dibawa swendi pada anak anak sekolah hutan di desa sangong..Setelah makan kulihat ada kantor pos di muara..seraya pikiranku untuk mengulang lagi kebiasaan dulu mengirim kartu pos pada diriku sendiri dari suatu daerah yang kuanggap jauh, "ngapain bang?" tanya yanti heran , "gua mau ngirim kartu pos",kataku,. "dulu kalau bepergian kukirim kartu pos pada diriku sendiri tapi sekarang buat istriku lah, ..nah lu yant, kirim aja buat diri lu sendiri ",.. jawabku. Dia baru sadar kalau itu merupakan seni bagi orang yang suka traveling apalagi sebagai jurnalis yang banyak menginjak tempat asing..(kartu pos itu tiba 2 minggu kemudian di jakarta).Sambil menunggu jadwal kapal malamnya,kami beristirahat di Muntai dengan menumpang longboat swendi, dirumah temannya swendi kami bukannya beristirahat melainkan terlibat dalam suatu pembicaraan serius dan menarik antara aku,yanti,ida dan swendi tentang anak anak sangong dan sekolah hutan,.obrolan yang agak sedikit emosional itu, sempat membuat yanti sedikit terharu ketika membandingkan keadaan anak anak mentawai, anak suku anak dalam di jambi dan anak anak umum lainnya di belahan dunia modern..memang benar benar menyentuh thanks "suku suku" telah membawa kami untuk melihat untold story dan unseen scene yang jauh di pedalaman ..tak terasa sudah jam 6 sore siap siap menuju pelabuhan untuk kembali ke padang,..home, i'm home!.(selesai)

Minggu, 25 April 2010

catatan perjalanan mentawai II

Bukan main, baru datang saja kami sudah disuguhi kebiasaan dan cara mentawai.. Sekitar satu jam kita berhenti di Selapa, menghangatkan perut dengan kopi instan serta ketemu kepala desa yang masih belia,kami kembali kedalam perahu dan wendi memacu motor tempelnya menyusuri sungai silaoinan,..hari itu hari jumat sekitar pukul 14an, sepertinya kita lebih cepat dari waktu yang diperkirakan karena air sungai tengah meluap, jadi debet airnya pun tinggi, hanya saja arus dari hulu pun cukup deras dan membawa gelondongan kayu serta bongkahan pohon yang rubuh akibat abrasi sungai..lagi lagi swendi harus membersihkan baling baling motor tempelnya dari lilitan sampah dan akar akar yang hanyut. Hanya sekitar setengah jam kita sudah sampai ditempat yang kita tuju yaitu desa Sangong..Desa ini hanya terdiri dari beberapa Uma atau rumah yang persis berada dipinggiran kelokan sungai silaoinan. sengaja kuminta diturunkan lebih dulu di tepi , sementara boat dan seluruh penumpangnya kuminta berputar beberapa kali lagi, sehinga aku bisa merekam jalannya perahu dari daratan,..cuaca masih hujan namun tidak terlalu deras, aku melompat keluar dengan kameraku dari perahu dan meniti batang kelapa yang dibuat sebagai jembatan menghubungkan pinggiran sungai keatas uma..terlihat beberapa anak suku mentawai mulai berlarian kearahku,.dan menatapku sementara beberapa orang dewasa masih duduk di teras uma sambil memandangku. Kuselesaikan tugasku mengambil gambar dan kuminta yanti untuk turun dan masuk kedalam uma untuk memperkenalkan diri,..( hal ini biasa kita lakukan untuk keperluan dokumenter story kita) ...Sambil dibantu beberapa laki laki dari uma itu, barang barang kami dipindahkan dari perahu ke bagian dalam uma. Tarida sejak di muara membeli sekantong ikan tongkol segar yang dibungkus dengan es batu dan ditempatkan pada ember hitam,menyodorkan ikan ikan itu kepada ibu ibu yang berada di dapur,segera saja mereka bersihkan dan kemudian ikan ikan itu mereka masukan kedalam ruas ruas bambu sepanjang 50 cm kemudian disumbat dengan daun sagu..kata tarida begitulah cara mereka dalam mengawetkan daging termasuk ikan sehingga bisa disimpan berhari tanpa khawatir menjadi busuk. Bukan main baru datang saja kami sudah disuguhi dengan kebiasaan dan cara mentawai. Tak banyak yang kami lakukan selain beristirahat, bagiku menikmati sebatang rokok dan teh panas yang dibuatkan anak anak mentawai ini sudah lebih dari cukup sambil berorientasi di tempat baru....Hari semakin sore, disamping masih capek sudah agak keroncongan juga,..kubuka kotak ajaib..(sebuah kotak bekas kamera yang multifungsi berisikan aneka makanan instan, permen, coklat plus bumbu bumbu instan)..kunyalakan gompor gas dan kubuatkan mie instan goreng, pakai baso dan irisan daun bawang yang sudah mulai layu...Bagi orang mentawai 'makan' harus bersama sama walau apapun yang dimakannya, mie goreng walaupun sedikit kami tetap berbagi dengan mereka..alhamdulillah perut terisi kembali.Langit di hulu silaoinan sore itu hampir tidak berawan ,penuh cahaya kemerahan dari sinar matahari yang mau tenggelam,pantulan cahaya kecoklatan muncul dari sungai itu..tak mau kulewatkan kesempatan itu dengan kembali menyalakan kameraku. rekam,.rekam..dan rekam lagi... Hari mulai gelap ,bunyi generator kecil mulai berderum dari belakang uma, sementara seorang anak berdiri diatas gare (teras uma) dengan sigap menangkap ayam ayam peliharaan mereka untuk dimasukan dalam keranjang,.hari itu tak terlihat hewan ternak lain yang pulang ke uma(kandang berada dibawah uma) ,konon hari itu sungai meluap jadi sapi dan babi yang pergi mencari makan sejak pagi tidak bisa pulang karena tidak bisa menyeberang sungai yang deras, menurut Aman Sabaogok , pemilik uma yang kami inapi ,hewan hewan ini biasa pergi mencari makan sendiri ke tengah hutan dan pasti kembali jika sungai surut di petang hari. Dengan penerangan yang minim dibantu lampu minyak kami diperkenankan untuk menikmati makan malam bersama di tengah rumah. struktur ruang tengah uma memiliki multifungsi ,intinya adalah untuk ruang makan dan ruang tidur ,bentuknya seperti hall yang ditopang beberapa ugla atau tiang penopang serta pada bagian belakangnya dilengkapi dengan dua tungku panjang. menu malam itu, nasi hangat,ikan bakar bambu, sambal giling mentah , sayur labu tumis. serta kapurut ( sagu yang dibakar dalam daun sagu) ..muantabbbs!
Setelah perut kenyang kami pindah kebagian depan uma yang lebih terbuka dan dikelilingi bangku panjang sambil menikmati angin malam sungai silaoinan, malam ini anak anak mentawai akan menyuguhkan tarian tradisional mentawai, turuk . Mulanya mereka menurunkan gendang yang disimpan dilangit langit uma kemudian menuju ke tungku untuk memanaskan gendang yang terbuat dari kulit kerbau dan kulit biawak , agar lebih nyaring bunyinya , di "stem" lah..Anak anak ini mulai menyanyikan bait demi bait dengan bahasa sono,..okelah walaupun tidak kita pahami tapi enak juga didengar, disusul ketukan gendang berirama konstan anak anak ini mulai membuat lingkaran kecil dan berkeliling sambil menirukan gaya hewan dihutan seperti kera, burung atau ular..biasanya diantara ketukan gendang yang meninggi anak anak itu mulai menghentak-hentakan kakinya di lantai papan uma berkali kali, sehingga menimbulkan bunyi yang harmonis. Sementara beberapa orang dewasa dipojok rumah tidak terpengaruh dengan kami dan turuk, mereka asyik dengan bermain gaplek karo sambil menghentakan lempeng gaplek tebalnya di meja oleh setiap orang pada giliran mainnya , plakk!.. turuk dan gaplek mengisi penghujung hari kami. Tidur bagi orang mentawai memiliki arti tersendiri, agak berbeda dengan orang kebanyakan, jika tiba waktu tidur maka akan dibentangkan kelambu kelambu di dalam ruang tengah uma yeng berbentuk kotak dengan pengikat di keempat sudutnya, kelambupun bukan seperti kelambu umumnya, kelambu dijahit dari kain blacu dan tertutup rapat,..semacam lambang privasilah bagi suku mentawai, karena sebagai pelindung dari sengatan nyamuk (disana tempatnya malaria), juga sekaligus sebagai kamar knockdown yang dapat dibongkar pasang ..dalam sebuah uma bisa lebih dari 5 sampai 6 kelambu yang dibentangkan pada malam hari, malam pertama karena kelelahan dan tanpa memperhatikan cara tidur orang mentawai ,kami bertiga (aku,tribudianto dan trisnoto) sudah terlelap dan mendengkur diteras uma tanpa memakai kelambu, waktu pagi hanya terasa ada tambahan selimut di atas badan kita , konon semalam kami diselimuti aman sabaogok sebelum ia tidur...dan pagi itu aku terbangun karena diantara kakiku dan trisnoto terasa hangat dan empuk plus gerak gerak,..eh taunya, si hitam anjingnya aman sabaogok yang juga numpang hangat dikaki ...."walah,..turune karo asu" celetuk tribudianto. Fajar pagi itupun kami mulai beraktifitas dengan berencana akan melakukan filming keseharian suku mentawai mulai dari bangun pagi hingga petang nanti, termasuk aktifitas anak anak di sekolah hutan yang dikelola YCM(yayasan citra mandiri)..rutinitas pagi mulai terlihat disini , tanpa dikomando sepertinya sudah ada pembagian tugas dalam uma,..aman sabaogok terlihat memberi makan ayam sambil dikeluarkan dari kandangnya ,sementara anak laki laki ke tepi sungai sambil membawa kampak untuk membelah gelondongan batang sagu untuk makanan ternak..batang sagu biasanya dipotong per'satu'meteran kemudian ditambatkan di tepi sungai dengan tali rotan agar batang batang ini selalu basah oleh air sungai.. biasanya aman sabaogok pergi kehutan untuk melihat ladangnya atau berburu, tapi karena kehadiran kita di umanya ia lebih memilih tidak ke ladang dan tinggal di uma untuk menghormati tamunya,.wah jadi tidak enak juga nih dengan aman saba....pagi istri aman saba mengajak kami untuk membuat kapurut, atau makanan khas orang mentawai...bahan-bahannya sih gampang aja...bubuk sagu, parutan kelapa, udah deh...persis mirip kue rangi di jakarta, cuma tidak pake gula merah saja....nah kemudian adonan itu dimasukan kedalam daun sagu secara memanjang kemudian dililit melingkar...yanti pun ikut memasukan adonan kapurut kedalam daun sagu , begitupun aku,..ternyata tidak gampang ,tumpah terus dari pembungkusnya,..wah lama lama habis deh berjatuhan dilantai...setelah semua siap dibungkus barulah kapurut kapurut itu di jejerkan diatas aboduma atau tungku.. kurang dari sejam kapurut sudah bisa disantap apalagi kalau masih hangat, enak rasanya..bagiku kapurut nikmat sekali,..mungkin karena sejak kecil sering makan sagu kali yee...sekali makan bisa habis tiga atau empat bungkus,. " gile,ambon banget sih bang" seru yanti,. tapi bagi teman teman, kapurut merupakan cita rasa yang baru bagi mereka..pantas saja, tidak satupun yang terlalu tertarik dengan makanan ini...setelah sarapan, kami lanjutkan filming tentang uma,..mulai dari halaman sebelah kanan uma yanti mulai mengoceh didepan lensa kamera tentang uma,mulai dari luar, teras, ruang dalam, dapur, jairraba atau daerah tidur di dalam ruang tengah, pokoknya habis deh ,yanti seakan seorang ahli antropologi yang paham benar seluk beluk artifaknya orang mentawai...(rahasianya: semua informasi itu didapat dari buku uma, karangan tarida anak YCM yang nemenin kita juga...).
Hal terburuk yang selama ini kutakuti akhirnya terjadi, aku kehilangan keseimbangan .....
Anak anak suku mentawai terlihat sudah siap untuk berangkat ke sekolah hutan, karena hari itu hari sekolah..setelah membantu orang tuanya mereka berkumpul dirumah aman sabaogok, selain lebih dekat mereka juga harus menyeberang sungai dari situ....Akupun mengemas kameraku. siap siap untuk turun meniti batang kelapa mengikuti anak anak itu ke sekolah hutan..karena memakai sampan super kecil. untuk menyeberang, kita bagi menjadi beberapa trip,.kuminta trip pertama ..kulihat sebagian anak anak sudak ada yang sampai di seberang,..aku paling depan turun kejambatan batang kelapa, disusul tribudiyanto memegang tripod , sementara trisnoto masih di atas ,dekat uma...kucoba untuk melangkah ke dalam sampan ,..eee ternyata sampan itu bergerak melebar karena tidak tertambat lagi dengan tali...kaki kiriku diatas sampan sementara kaki kanan masih menapak di titian batang kelapa, sementara tangan kanan masih menggenggam kamera...hal terburuk yang selama ini kutakuti akhirnya terjadi,..aku kehilangan keseimbangan dan byurrrrr! tercebur ditepi sungai yang dalamnya setinggi leherku...dan aku tetap untuk menyelamatkan kameraku,..tapi apa daya, kamera sudah basah,..kesal dan menyesal yang amat terlihat di mukaku...(kata yanti).bagaimana gak kesal..belum lagi satu paket dituntaskan, kamera sudah basah dan pasti tidak bisa berfungsi lagi, pikirku..kalau saja ini dekat kota mungkin tidak terlalu masalah , kita bisa pinjam camera handycam atau apalah,..udah gitu jauh dari mana mana lagi, ..ke muara saja harus 5 jam, belum tentu ada yang punya kamera yang bisa dipakai..pokoknya kacau deh!..trisnoto notabene sebagai tehnisi kita,..tidak banyak berkata-kata hanya diam sambil menjemput kamera sambil dibawah ke atas uma..kulihat viewfinder camera itu menyala padahal switch camera dalam posisi off , kamera mengalami shortcut alias kosleting akibat induksi air.. "be..cameranya nyala" seruku ke trisnoto. dengan sigap trisnoto mencopot baterai yang masih menempel di belakang kamera..selanjutnya mengambil tool kit untuk membedah kamera satu persatu menjadi bagian bagian kecil. "maaf be,.ane nyusahin nih" bisikku padanya. "ga pape namanye musibah" sambutnya lirih..Trisnoto memang tidak banyak berbicara selama di perjalanan tapi selalu peduli dengan hal hal yang menyangkut dengan peralatan..ada saja yang diutak atik jika waktu senggang..pokoknya sejak kejadian itu kita berempat lebih banyak diam,..anak anak yang semula mau ke sekolahpun mengurungkan niatnya dan kembali ke uma,..tak kusadari bajuku hampir kering karena sibuk membantu trisnoto membongkar dan menjemur kamera di area terbuka..pastilah hari itu kita tidak bisa berbuat apa apa selain memperbaiki kamera,..seandainya kamera tidak dapat berfungsi lagi maka kita harus kembali ke muara,..dan pulang ke padang ..wah..setiap memikirkan hal itu hatiku bertambah gelisah ..karena belum tentu kita bisa kembali lagi kesini namun masih banyak yang belum didokumentasikan..sebagai pelarian dari perasaan bersalah dan menyesal..toh kamera juga tengah diperbaiki oleh trisnoto..segera saja kubuka kembali kotak ajaib untuk mengambil bumbu bumbu instan, "yan, masak yuk" tukasku melebur suasana.. yanti membantuku mengiris sekilo wortel dan buncis untuk ditumis ala chef agil...dapat 3 piring sayur tumis , dua piring diberikan kami berikan ke dapur uma untuk makan malam, sementara sisanya kita buatkan sandwich wortel buncis dan kornet beef..nikmat tapi was was gimana sih rasanya?..setelah beberapa jam akhirnya camera mau bekerja sama, tape didalamnya tidak basah bisa di eject, kamera tidak lagi menunjukan indikasi warning di body displaynya, mau record hanya saja viewfinder atau jendela intip kamera belum menunjukan akan membaik,ada cahaya tapi belum muncul image yang ditangkap dari lensa, sebentar sebentar keluar garis horisontal atau vertikal...akhirnya kami putuskan untuk dihangatkan dekat tungku saja sambil digendong kameranya..maksudnya jika tangan kita sudah panas berarti kita jauhkan lagi dari tungku ,..karena kalau dihangatkan tanpa dirasa akan merusak komponen didalamnya... akhirnya setelah berkali kali berupaya dengan sabar kamera itu mau kambali berfungsi sebagimana mestinya, hanya saja switch on off yang belum sembuh,..jadi setiap selesai mengoperasikan kamera, baterai harus dilepaskan ,..repot juga tapi tak apalah ,alhamdulillah kita semua sudah bisa tersenyum kembali. sore itu kita masih sempat merekam bagaimana suku mentawai meramu racun untuk panah mereka.aman sabaogok dan aman batet mempraktekan keahlian mereka mencampur akar tuba, cabe rawit dan sejenis kulit kayu menjadi racun yang dapat membunuh hewan buruan mereka seperti kera dan babi dalam sekejap,..konon, dalam proses peramuan racun pada anak panah tidak diperkenankan wanita dan anak anak berada disekitar mereka,.menurut kepercayaan orang mentawai racun itu tidak akan berkhasiat..sementara si peramupun tidak diperkenankan mandi hingga pulang berburu nanti..unik juga ya..

Sabtu, 24 April 2010

catatan perjalanan mentawai I

Lothek ternikmat hari itu..
Sore itu, 15 April 2010 kami bertolak dari pelabuhan Bungus,Padang.sekitar pukul 20.30 wib kapal ferry KM.Ambu ambu membawa kami, tim Suku Suku TVRI menuju kepulauan mentawai,tepatnya ke siberut selatan..kondisi lautan yang sangat bersahabat membuat kami sangat menikmati perjalanan malam itu,..sekitar sepuluh jam berlayar kami telah memasuki perairan kepulauan mentawai yang teduh..kondisi lautan diperkirakan masih membaik hingga akhir bulan april, karena sekitar mei hingga november laut mentawai akan kembali bergolak...konon,ombaknya bisa memaksa kapal kapal untuk mengurungkan niatnya menyeberangi perairan itu...sekitar 1-2 mil laut menjelang muara siberut kita sudah bisa melihat sekawanan lumba lumba yang selalu beraksi menemani kapal kapal yang melewati perairan itu,..wah sungguh luar biasa,.segera saja aku bidikan kameraku kearah mereka, dan kuminta reporter suku suku, Fitriyah Herbiyanti untuk melakukan PTC (piece to camera) diatas deck kapal sambil menunjuk kearah kawanan lumba lumba yang tengah beraksi..akhirnya sampailah kami di dermaga ASDP muara siberut,. KM.Ambu ambu membongkar muatan menurunkan sebagian besar kebutuhan pokok yang akan diperdagangkan di muara siberut..kapal yang menyinggahi pelabuhan ini biasanya seminggu sekali , jadi merupakan kesempatan bagi pedagang untuk membawa segala sesuatu yang bisa dijual didaerah ini, umumnya sembako,sayur mayur ,sampai-sampai papan iklan digital printpun didatangkan dari padang . lagi lagi kunyalakan kameraku untuk merekam semua aktifitas disini,..lebar dermaga yang relatif sempit disesaki penumpang ,penjemput, dan barang dagangan serta mobil mobil kijang kotak tahun 80an seakan denyut perekonomian di muara hidup lagi jika ada kapal yang masuk.. ,untuk mencapai ibukota kecamatan siberut selatan , muara siberut bisa dicapai dengan mobil atau dengan perahu bermesin. Tak lama jemputan kami tiba,..ternyata sebuah long boat bermesin yamaha enduro 15 pk ...memang cukup kecil ,..karena boat inilah yang nantinya kami gunakan hingga ke hulu menyusuri sungai silaoinan nanti,..jika menggunakan boat besar dikhawatirkan tidak akan mampu melewati anak sungai yang dangkal dan banyak dipenuhi gelondongan kayu di dasar sungai...sekitar 10 menit kita menuju muara siberut melalui pesisir pantai timur pulau siberut ,..memang untuk mencapai muara jika lewat laut dari dermaga ASDP harus diperlukan kecakapan khusus memandu perahu,..pendek kata, harus orang sana yang berpengalaman ,.selain arus dan gelombang yang tidak beraturan ,terkadang laju boat harus dikurangi sambil menunggu irama gelombang yang datang dari belakang atau dari samping boat...seru juga, bayangkan jenis perahu ramping,mesin kecil plus bawaan seabreg abreg membuat pompaan adrenalin terus mengalir ,apalagi bagi orang jakarta yang notabene jarang main di laut...ketika sampai di muara siberut segeralah kami bergegas untuk mencari toko sembako untuk membeli kebutuhan sehari hari kami selama di hulu. Disinilah tempat terakhir untuk belanja dan melengkapi segala keperluan kami.termasuk kebutuhan tembakau,beras dan garam sebagai oleh oleh dari muara bagi orang hulu..memang harganya bisa mencapai 2 kali lipat harga di padang,..uniknya disini banyak kita temui merek merek rokok yang tidak lazim, seperti plesetan rokok gudam garam surya menjadi surry mas yang menjadi salah satu favorit rokok orang hulu. ada juga senayan mild dan masih banyak lagi yang menyerupai merek rokok ternama,..Yanti begitulah panggilanku ke Fitriyah Herbiyanti , baru menyadari kalo ini adalah kesempatan untuk dirinya memulai mengoleksi rokok rokok langka bin aneh ini, serta merta merogoh dompetnya untuk membeli semua jenis rokok yang ada, dan baru pernah dilihatnya itu,...hahahaa.. Hari makin siang, setelah belanja.. perutpun mulai menempel kepunggung alias lapar,kami bergegas ke sebuah rumah makan padang yang terletak di ujung pasar namun sepertinya menu hari itu tidak menggugah selera kami, tadi kulihat ibu penjual sembako sambil melayani kami menyantap lothek yang dibungkus daun pisang,. sejak itu ,dalam hatiku berkata "lothek kayaknya mantap sekali" tapi dimana penjualnya,..jangan jangan sudah habis..di rumah makan itulah kusarankan pada teman teman untuk melihat lihat dulu di sisi lain dari muara siapa tahu bisa ketemu santapan idaman..tak jauh kulihat penjual mie instan,..sengaja kusorongkan kepalaku kedalam warungnya ..eh ternyata ada setumpuk bungkusan daun pisang terlebih lagi seorang laki laki paruh baya tengah menyantap lothek itu...wah pucuk dicinta ulam tiba..lothek akhirnya mengisi siang kita sebelum bertolak ke hulu,. trisnoto,tribudianto,yanti,tarida(YCM) dan Swuendi(YCM) dan tentunya agil samal hening menyantap lothek ternikmat hari itu..... Subhanallah, seumur hidup baru kali itu aku lihat dan mendengar kuasa Allah akan alamnya. Deru motor tempel enduro 15 pk berpacu dengan semilir angin muara menuju kepala sungai silaoinan , kami masing masing mencari posisi duduk yang nyaman karena pasti akan melelahkan apalagi melewati sungai yang berliku liku selama 4-5 jam tentulah cukup membuat kaki kesemutan alias pegal pegal. selagi merekam gambar ada panggilan masuk di handphoneku,ternyata istriku yang dari tadi ingin mengobrol denganku ,setelah ngobrol semenitan dan kukatakan pada dia bahwa nanti akan kuhubungi kembali beberapa hari kemudian karena di hulu tidak ada sinyal, kucoba lagi menghubungi ibuku nun jauh disana,.kubilang kami baru saja tiba dan blaa,blaaa.. swendi tiba tiba saja mengurangi laju perahu,."kenapa wen?" kutanya,..sambil terbata bata dalam berbahasa indonesia wendi bilang "teleponlah dulu, karena sebentar lagi sudah tidak ada sinyal," ..Oooouw.. wendi kembali melajukan perahunya dan mulai menunjukan kepiawaian menyusuri sungai yang relatif lebar , maklumlah masih di area muara.... setelah merekam ptc yang kesekian kalinya,.aku mencari posisi yang terbaik bagiku sekaligus kamera DVC Pro dengan wide lens yang selalu kutenteng.. karena posisiku membelakangi arah boat,.."bang! pemandangan keren ,sungainya menyempit!"..yanti berseru dari arah belakang..segera kuhidupkan lagi kameraku yang sudah terparkir dibawah terpal sambil membidik apa yang dimaksudnya,..wow memang keren ada semacam terusan yang dibuat sebagai short cut diantara kelokan sungai..lebarnya sekitar 2 meteran dan ditumbuhi pohon sagu layaknya sebuah terowongan,...iluminasi cahaya didalam terowongan itu membuat gambar yang kurekam berdimensi apalagi memakai lensa sudut lebar seakan lebih luas ,...tak panjang hanya sekitar 300an meter panjang tunnel itu..disitulah mulai kusadari bahwa ternyata sungai ini mulai menunjukan keanggunannya kepada kami ...sekitar 15 menit kemudian deru mesin menurun dan perahu menepi di desa muntai, desa pertama yang kami temui di sungai itu ,..tarida membawa titipan kepada koleganya yang bekerja di polindes setempat , sesaat kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju hulu..semula kondisi sungai yang dalam dan lebar serta lurus ,perlahan berubah menjadi dangkal sempit dan berkelok kelok,..kami baru saja menikmati liukan longboat yang dipandu swendi yang juga seorang guru sekolah hutan di hulu silaoinan. Wendi begitu panggilan akrab kami kepadanya,.. mengingatkan pada kami bahwa kondisi alam disini tidak dapat ditebak, seperti saat ini panas bisa sekejap berubah menjadi hujan...mulanya kami tidak begitu percaya , kami pikir,..ah.. itukan bisanya orang sini saja...ehh ternyata tidak lama hujanpun mulai menetes di kulit kami sedikit demi sedikit lama lama deras juga...wuihhh..semua basah! kendati sudah memakai raincoat tetap saja tembus, mungkin raincoatnya sudah lama dan minta "dilembiru" alias dilempar trus beli baru , sepertinya tribudiyanto dan trisnoto paling nyaman ditengah hujan karena membawa raincoat yang biasanya dipakai pengendara motor di jakarta,..selain lebar juga tebal tetapi terkadang suka mengepak selayaknya terpal yang menutup barang bawaan kami di lambung perahu. wendi cukup lihai dan berpengalaman dalam menguasai boatnya ,sekaligus sangat mengenal setiap detail sungai yang kami lalui..walau terkadang dia harus mematikan mesinnya untuk mengambil sampah yang tersangkut di propeler mesin tempel.tak terasa sudah, hampir 2.5 jam kami menyusuri sungai, setelah melewati persimpangan sungai, kami mengambil yang jalur ke kanan masuk sungai silaonian yang menuju ke desa selapa dan sangong sementara jalur ke kiri menuju ke desa matotonan.
sekujur badan sudah mulai terasa dingin akibat hujan dan angin dari lajunya boat batang pohon itu..terkadang kubantu nyalakan sebatang rokok sampoerna mild yang kutaruh dibawah terpal untuk wendi yang sibuk memandu perahu,hanya sekedar menghangatkan badan saja,....akhirnya kami putuskan untuk berhenti sejenak di desa Selapa ,sebuah desa relokasi suku mentawai oleh departemen sosial di waktu silam.sesaat hendak menepi di dekat parkiran perahu perahu kecil yang terbujur di tepi sungai,..serentak petir menyambar.. hanya beberapa ratus meter didepan kami ,belum selesai mengucak mata dari silaunya petir , gelegar guruh menyusul memekakan telinga, tak sadar kami semua refleks menutup telinga kami , subhanallah! seumur hidup baru kali itu aku melihat dan mendengar kedahsyatan kuasa Allah akan alamnya. aku berguman "dahsyat!"...kecil sekali kita dibuatnya apalagi ini bukan di alam kita ,dan jauh dari mana mana ,..kupastikan kami semua bergetar setelah melihat sedikit dari sekian banyaknya fenomena alam yang ada.......kutenteng kamera,kompor gas portable ,dan peralatan minum ..bangkit melangkah ketepi Selapa untuk menghangatkan perut.......