Minggu, 25 April 2010

catatan perjalanan mentawai II

Bukan main, baru datang saja kami sudah disuguhi kebiasaan dan cara mentawai.. Sekitar satu jam kita berhenti di Selapa, menghangatkan perut dengan kopi instan serta ketemu kepala desa yang masih belia,kami kembali kedalam perahu dan wendi memacu motor tempelnya menyusuri sungai silaoinan,..hari itu hari jumat sekitar pukul 14an, sepertinya kita lebih cepat dari waktu yang diperkirakan karena air sungai tengah meluap, jadi debet airnya pun tinggi, hanya saja arus dari hulu pun cukup deras dan membawa gelondongan kayu serta bongkahan pohon yang rubuh akibat abrasi sungai..lagi lagi swendi harus membersihkan baling baling motor tempelnya dari lilitan sampah dan akar akar yang hanyut. Hanya sekitar setengah jam kita sudah sampai ditempat yang kita tuju yaitu desa Sangong..Desa ini hanya terdiri dari beberapa Uma atau rumah yang persis berada dipinggiran kelokan sungai silaoinan. sengaja kuminta diturunkan lebih dulu di tepi , sementara boat dan seluruh penumpangnya kuminta berputar beberapa kali lagi, sehinga aku bisa merekam jalannya perahu dari daratan,..cuaca masih hujan namun tidak terlalu deras, aku melompat keluar dengan kameraku dari perahu dan meniti batang kelapa yang dibuat sebagai jembatan menghubungkan pinggiran sungai keatas uma..terlihat beberapa anak suku mentawai mulai berlarian kearahku,.dan menatapku sementara beberapa orang dewasa masih duduk di teras uma sambil memandangku. Kuselesaikan tugasku mengambil gambar dan kuminta yanti untuk turun dan masuk kedalam uma untuk memperkenalkan diri,..( hal ini biasa kita lakukan untuk keperluan dokumenter story kita) ...Sambil dibantu beberapa laki laki dari uma itu, barang barang kami dipindahkan dari perahu ke bagian dalam uma. Tarida sejak di muara membeli sekantong ikan tongkol segar yang dibungkus dengan es batu dan ditempatkan pada ember hitam,menyodorkan ikan ikan itu kepada ibu ibu yang berada di dapur,segera saja mereka bersihkan dan kemudian ikan ikan itu mereka masukan kedalam ruas ruas bambu sepanjang 50 cm kemudian disumbat dengan daun sagu..kata tarida begitulah cara mereka dalam mengawetkan daging termasuk ikan sehingga bisa disimpan berhari tanpa khawatir menjadi busuk. Bukan main baru datang saja kami sudah disuguhi dengan kebiasaan dan cara mentawai. Tak banyak yang kami lakukan selain beristirahat, bagiku menikmati sebatang rokok dan teh panas yang dibuatkan anak anak mentawai ini sudah lebih dari cukup sambil berorientasi di tempat baru....Hari semakin sore, disamping masih capek sudah agak keroncongan juga,..kubuka kotak ajaib..(sebuah kotak bekas kamera yang multifungsi berisikan aneka makanan instan, permen, coklat plus bumbu bumbu instan)..kunyalakan gompor gas dan kubuatkan mie instan goreng, pakai baso dan irisan daun bawang yang sudah mulai layu...Bagi orang mentawai 'makan' harus bersama sama walau apapun yang dimakannya, mie goreng walaupun sedikit kami tetap berbagi dengan mereka..alhamdulillah perut terisi kembali.Langit di hulu silaoinan sore itu hampir tidak berawan ,penuh cahaya kemerahan dari sinar matahari yang mau tenggelam,pantulan cahaya kecoklatan muncul dari sungai itu..tak mau kulewatkan kesempatan itu dengan kembali menyalakan kameraku. rekam,.rekam..dan rekam lagi... Hari mulai gelap ,bunyi generator kecil mulai berderum dari belakang uma, sementara seorang anak berdiri diatas gare (teras uma) dengan sigap menangkap ayam ayam peliharaan mereka untuk dimasukan dalam keranjang,.hari itu tak terlihat hewan ternak lain yang pulang ke uma(kandang berada dibawah uma) ,konon hari itu sungai meluap jadi sapi dan babi yang pergi mencari makan sejak pagi tidak bisa pulang karena tidak bisa menyeberang sungai yang deras, menurut Aman Sabaogok , pemilik uma yang kami inapi ,hewan hewan ini biasa pergi mencari makan sendiri ke tengah hutan dan pasti kembali jika sungai surut di petang hari. Dengan penerangan yang minim dibantu lampu minyak kami diperkenankan untuk menikmati makan malam bersama di tengah rumah. struktur ruang tengah uma memiliki multifungsi ,intinya adalah untuk ruang makan dan ruang tidur ,bentuknya seperti hall yang ditopang beberapa ugla atau tiang penopang serta pada bagian belakangnya dilengkapi dengan dua tungku panjang. menu malam itu, nasi hangat,ikan bakar bambu, sambal giling mentah , sayur labu tumis. serta kapurut ( sagu yang dibakar dalam daun sagu) ..muantabbbs!
Setelah perut kenyang kami pindah kebagian depan uma yang lebih terbuka dan dikelilingi bangku panjang sambil menikmati angin malam sungai silaoinan, malam ini anak anak mentawai akan menyuguhkan tarian tradisional mentawai, turuk . Mulanya mereka menurunkan gendang yang disimpan dilangit langit uma kemudian menuju ke tungku untuk memanaskan gendang yang terbuat dari kulit kerbau dan kulit biawak , agar lebih nyaring bunyinya , di "stem" lah..Anak anak ini mulai menyanyikan bait demi bait dengan bahasa sono,..okelah walaupun tidak kita pahami tapi enak juga didengar, disusul ketukan gendang berirama konstan anak anak ini mulai membuat lingkaran kecil dan berkeliling sambil menirukan gaya hewan dihutan seperti kera, burung atau ular..biasanya diantara ketukan gendang yang meninggi anak anak itu mulai menghentak-hentakan kakinya di lantai papan uma berkali kali, sehingga menimbulkan bunyi yang harmonis. Sementara beberapa orang dewasa dipojok rumah tidak terpengaruh dengan kami dan turuk, mereka asyik dengan bermain gaplek karo sambil menghentakan lempeng gaplek tebalnya di meja oleh setiap orang pada giliran mainnya , plakk!.. turuk dan gaplek mengisi penghujung hari kami. Tidur bagi orang mentawai memiliki arti tersendiri, agak berbeda dengan orang kebanyakan, jika tiba waktu tidur maka akan dibentangkan kelambu kelambu di dalam ruang tengah uma yeng berbentuk kotak dengan pengikat di keempat sudutnya, kelambupun bukan seperti kelambu umumnya, kelambu dijahit dari kain blacu dan tertutup rapat,..semacam lambang privasilah bagi suku mentawai, karena sebagai pelindung dari sengatan nyamuk (disana tempatnya malaria), juga sekaligus sebagai kamar knockdown yang dapat dibongkar pasang ..dalam sebuah uma bisa lebih dari 5 sampai 6 kelambu yang dibentangkan pada malam hari, malam pertama karena kelelahan dan tanpa memperhatikan cara tidur orang mentawai ,kami bertiga (aku,tribudianto dan trisnoto) sudah terlelap dan mendengkur diteras uma tanpa memakai kelambu, waktu pagi hanya terasa ada tambahan selimut di atas badan kita , konon semalam kami diselimuti aman sabaogok sebelum ia tidur...dan pagi itu aku terbangun karena diantara kakiku dan trisnoto terasa hangat dan empuk plus gerak gerak,..eh taunya, si hitam anjingnya aman sabaogok yang juga numpang hangat dikaki ...."walah,..turune karo asu" celetuk tribudianto. Fajar pagi itupun kami mulai beraktifitas dengan berencana akan melakukan filming keseharian suku mentawai mulai dari bangun pagi hingga petang nanti, termasuk aktifitas anak anak di sekolah hutan yang dikelola YCM(yayasan citra mandiri)..rutinitas pagi mulai terlihat disini , tanpa dikomando sepertinya sudah ada pembagian tugas dalam uma,..aman sabaogok terlihat memberi makan ayam sambil dikeluarkan dari kandangnya ,sementara anak laki laki ke tepi sungai sambil membawa kampak untuk membelah gelondongan batang sagu untuk makanan ternak..batang sagu biasanya dipotong per'satu'meteran kemudian ditambatkan di tepi sungai dengan tali rotan agar batang batang ini selalu basah oleh air sungai.. biasanya aman sabaogok pergi kehutan untuk melihat ladangnya atau berburu, tapi karena kehadiran kita di umanya ia lebih memilih tidak ke ladang dan tinggal di uma untuk menghormati tamunya,.wah jadi tidak enak juga nih dengan aman saba....pagi istri aman saba mengajak kami untuk membuat kapurut, atau makanan khas orang mentawai...bahan-bahannya sih gampang aja...bubuk sagu, parutan kelapa, udah deh...persis mirip kue rangi di jakarta, cuma tidak pake gula merah saja....nah kemudian adonan itu dimasukan kedalam daun sagu secara memanjang kemudian dililit melingkar...yanti pun ikut memasukan adonan kapurut kedalam daun sagu , begitupun aku,..ternyata tidak gampang ,tumpah terus dari pembungkusnya,..wah lama lama habis deh berjatuhan dilantai...setelah semua siap dibungkus barulah kapurut kapurut itu di jejerkan diatas aboduma atau tungku.. kurang dari sejam kapurut sudah bisa disantap apalagi kalau masih hangat, enak rasanya..bagiku kapurut nikmat sekali,..mungkin karena sejak kecil sering makan sagu kali yee...sekali makan bisa habis tiga atau empat bungkus,. " gile,ambon banget sih bang" seru yanti,. tapi bagi teman teman, kapurut merupakan cita rasa yang baru bagi mereka..pantas saja, tidak satupun yang terlalu tertarik dengan makanan ini...setelah sarapan, kami lanjutkan filming tentang uma,..mulai dari halaman sebelah kanan uma yanti mulai mengoceh didepan lensa kamera tentang uma,mulai dari luar, teras, ruang dalam, dapur, jairraba atau daerah tidur di dalam ruang tengah, pokoknya habis deh ,yanti seakan seorang ahli antropologi yang paham benar seluk beluk artifaknya orang mentawai...(rahasianya: semua informasi itu didapat dari buku uma, karangan tarida anak YCM yang nemenin kita juga...).
Hal terburuk yang selama ini kutakuti akhirnya terjadi, aku kehilangan keseimbangan .....
Anak anak suku mentawai terlihat sudah siap untuk berangkat ke sekolah hutan, karena hari itu hari sekolah..setelah membantu orang tuanya mereka berkumpul dirumah aman sabaogok, selain lebih dekat mereka juga harus menyeberang sungai dari situ....Akupun mengemas kameraku. siap siap untuk turun meniti batang kelapa mengikuti anak anak itu ke sekolah hutan..karena memakai sampan super kecil. untuk menyeberang, kita bagi menjadi beberapa trip,.kuminta trip pertama ..kulihat sebagian anak anak sudak ada yang sampai di seberang,..aku paling depan turun kejambatan batang kelapa, disusul tribudiyanto memegang tripod , sementara trisnoto masih di atas ,dekat uma...kucoba untuk melangkah ke dalam sampan ,..eee ternyata sampan itu bergerak melebar karena tidak tertambat lagi dengan tali...kaki kiriku diatas sampan sementara kaki kanan masih menapak di titian batang kelapa, sementara tangan kanan masih menggenggam kamera...hal terburuk yang selama ini kutakuti akhirnya terjadi,..aku kehilangan keseimbangan dan byurrrrr! tercebur ditepi sungai yang dalamnya setinggi leherku...dan aku tetap untuk menyelamatkan kameraku,..tapi apa daya, kamera sudah basah,..kesal dan menyesal yang amat terlihat di mukaku...(kata yanti).bagaimana gak kesal..belum lagi satu paket dituntaskan, kamera sudah basah dan pasti tidak bisa berfungsi lagi, pikirku..kalau saja ini dekat kota mungkin tidak terlalu masalah , kita bisa pinjam camera handycam atau apalah,..udah gitu jauh dari mana mana lagi, ..ke muara saja harus 5 jam, belum tentu ada yang punya kamera yang bisa dipakai..pokoknya kacau deh!..trisnoto notabene sebagai tehnisi kita,..tidak banyak berkata-kata hanya diam sambil menjemput kamera sambil dibawah ke atas uma..kulihat viewfinder camera itu menyala padahal switch camera dalam posisi off , kamera mengalami shortcut alias kosleting akibat induksi air.. "be..cameranya nyala" seruku ke trisnoto. dengan sigap trisnoto mencopot baterai yang masih menempel di belakang kamera..selanjutnya mengambil tool kit untuk membedah kamera satu persatu menjadi bagian bagian kecil. "maaf be,.ane nyusahin nih" bisikku padanya. "ga pape namanye musibah" sambutnya lirih..Trisnoto memang tidak banyak berbicara selama di perjalanan tapi selalu peduli dengan hal hal yang menyangkut dengan peralatan..ada saja yang diutak atik jika waktu senggang..pokoknya sejak kejadian itu kita berempat lebih banyak diam,..anak anak yang semula mau ke sekolahpun mengurungkan niatnya dan kembali ke uma,..tak kusadari bajuku hampir kering karena sibuk membantu trisnoto membongkar dan menjemur kamera di area terbuka..pastilah hari itu kita tidak bisa berbuat apa apa selain memperbaiki kamera,..seandainya kamera tidak dapat berfungsi lagi maka kita harus kembali ke muara,..dan pulang ke padang ..wah..setiap memikirkan hal itu hatiku bertambah gelisah ..karena belum tentu kita bisa kembali lagi kesini namun masih banyak yang belum didokumentasikan..sebagai pelarian dari perasaan bersalah dan menyesal..toh kamera juga tengah diperbaiki oleh trisnoto..segera saja kubuka kembali kotak ajaib untuk mengambil bumbu bumbu instan, "yan, masak yuk" tukasku melebur suasana.. yanti membantuku mengiris sekilo wortel dan buncis untuk ditumis ala chef agil...dapat 3 piring sayur tumis , dua piring diberikan kami berikan ke dapur uma untuk makan malam, sementara sisanya kita buatkan sandwich wortel buncis dan kornet beef..nikmat tapi was was gimana sih rasanya?..setelah beberapa jam akhirnya camera mau bekerja sama, tape didalamnya tidak basah bisa di eject, kamera tidak lagi menunjukan indikasi warning di body displaynya, mau record hanya saja viewfinder atau jendela intip kamera belum menunjukan akan membaik,ada cahaya tapi belum muncul image yang ditangkap dari lensa, sebentar sebentar keluar garis horisontal atau vertikal...akhirnya kami putuskan untuk dihangatkan dekat tungku saja sambil digendong kameranya..maksudnya jika tangan kita sudah panas berarti kita jauhkan lagi dari tungku ,..karena kalau dihangatkan tanpa dirasa akan merusak komponen didalamnya... akhirnya setelah berkali kali berupaya dengan sabar kamera itu mau kambali berfungsi sebagimana mestinya, hanya saja switch on off yang belum sembuh,..jadi setiap selesai mengoperasikan kamera, baterai harus dilepaskan ,..repot juga tapi tak apalah ,alhamdulillah kita semua sudah bisa tersenyum kembali. sore itu kita masih sempat merekam bagaimana suku mentawai meramu racun untuk panah mereka.aman sabaogok dan aman batet mempraktekan keahlian mereka mencampur akar tuba, cabe rawit dan sejenis kulit kayu menjadi racun yang dapat membunuh hewan buruan mereka seperti kera dan babi dalam sekejap,..konon, dalam proses peramuan racun pada anak panah tidak diperkenankan wanita dan anak anak berada disekitar mereka,.menurut kepercayaan orang mentawai racun itu tidak akan berkhasiat..sementara si peramupun tidak diperkenankan mandi hingga pulang berburu nanti..unik juga ya..

Sabtu, 24 April 2010

catatan perjalanan mentawai I

Lothek ternikmat hari itu..
Sore itu, 15 April 2010 kami bertolak dari pelabuhan Bungus,Padang.sekitar pukul 20.30 wib kapal ferry KM.Ambu ambu membawa kami, tim Suku Suku TVRI menuju kepulauan mentawai,tepatnya ke siberut selatan..kondisi lautan yang sangat bersahabat membuat kami sangat menikmati perjalanan malam itu,..sekitar sepuluh jam berlayar kami telah memasuki perairan kepulauan mentawai yang teduh..kondisi lautan diperkirakan masih membaik hingga akhir bulan april, karena sekitar mei hingga november laut mentawai akan kembali bergolak...konon,ombaknya bisa memaksa kapal kapal untuk mengurungkan niatnya menyeberangi perairan itu...sekitar 1-2 mil laut menjelang muara siberut kita sudah bisa melihat sekawanan lumba lumba yang selalu beraksi menemani kapal kapal yang melewati perairan itu,..wah sungguh luar biasa,.segera saja aku bidikan kameraku kearah mereka, dan kuminta reporter suku suku, Fitriyah Herbiyanti untuk melakukan PTC (piece to camera) diatas deck kapal sambil menunjuk kearah kawanan lumba lumba yang tengah beraksi..akhirnya sampailah kami di dermaga ASDP muara siberut,. KM.Ambu ambu membongkar muatan menurunkan sebagian besar kebutuhan pokok yang akan diperdagangkan di muara siberut..kapal yang menyinggahi pelabuhan ini biasanya seminggu sekali , jadi merupakan kesempatan bagi pedagang untuk membawa segala sesuatu yang bisa dijual didaerah ini, umumnya sembako,sayur mayur ,sampai-sampai papan iklan digital printpun didatangkan dari padang . lagi lagi kunyalakan kameraku untuk merekam semua aktifitas disini,..lebar dermaga yang relatif sempit disesaki penumpang ,penjemput, dan barang dagangan serta mobil mobil kijang kotak tahun 80an seakan denyut perekonomian di muara hidup lagi jika ada kapal yang masuk.. ,untuk mencapai ibukota kecamatan siberut selatan , muara siberut bisa dicapai dengan mobil atau dengan perahu bermesin. Tak lama jemputan kami tiba,..ternyata sebuah long boat bermesin yamaha enduro 15 pk ...memang cukup kecil ,..karena boat inilah yang nantinya kami gunakan hingga ke hulu menyusuri sungai silaoinan nanti,..jika menggunakan boat besar dikhawatirkan tidak akan mampu melewati anak sungai yang dangkal dan banyak dipenuhi gelondongan kayu di dasar sungai...sekitar 10 menit kita menuju muara siberut melalui pesisir pantai timur pulau siberut ,..memang untuk mencapai muara jika lewat laut dari dermaga ASDP harus diperlukan kecakapan khusus memandu perahu,..pendek kata, harus orang sana yang berpengalaman ,.selain arus dan gelombang yang tidak beraturan ,terkadang laju boat harus dikurangi sambil menunggu irama gelombang yang datang dari belakang atau dari samping boat...seru juga, bayangkan jenis perahu ramping,mesin kecil plus bawaan seabreg abreg membuat pompaan adrenalin terus mengalir ,apalagi bagi orang jakarta yang notabene jarang main di laut...ketika sampai di muara siberut segeralah kami bergegas untuk mencari toko sembako untuk membeli kebutuhan sehari hari kami selama di hulu. Disinilah tempat terakhir untuk belanja dan melengkapi segala keperluan kami.termasuk kebutuhan tembakau,beras dan garam sebagai oleh oleh dari muara bagi orang hulu..memang harganya bisa mencapai 2 kali lipat harga di padang,..uniknya disini banyak kita temui merek merek rokok yang tidak lazim, seperti plesetan rokok gudam garam surya menjadi surry mas yang menjadi salah satu favorit rokok orang hulu. ada juga senayan mild dan masih banyak lagi yang menyerupai merek rokok ternama,..Yanti begitulah panggilanku ke Fitriyah Herbiyanti , baru menyadari kalo ini adalah kesempatan untuk dirinya memulai mengoleksi rokok rokok langka bin aneh ini, serta merta merogoh dompetnya untuk membeli semua jenis rokok yang ada, dan baru pernah dilihatnya itu,...hahahaa.. Hari makin siang, setelah belanja.. perutpun mulai menempel kepunggung alias lapar,kami bergegas ke sebuah rumah makan padang yang terletak di ujung pasar namun sepertinya menu hari itu tidak menggugah selera kami, tadi kulihat ibu penjual sembako sambil melayani kami menyantap lothek yang dibungkus daun pisang,. sejak itu ,dalam hatiku berkata "lothek kayaknya mantap sekali" tapi dimana penjualnya,..jangan jangan sudah habis..di rumah makan itulah kusarankan pada teman teman untuk melihat lihat dulu di sisi lain dari muara siapa tahu bisa ketemu santapan idaman..tak jauh kulihat penjual mie instan,..sengaja kusorongkan kepalaku kedalam warungnya ..eh ternyata ada setumpuk bungkusan daun pisang terlebih lagi seorang laki laki paruh baya tengah menyantap lothek itu...wah pucuk dicinta ulam tiba..lothek akhirnya mengisi siang kita sebelum bertolak ke hulu,. trisnoto,tribudianto,yanti,tarida(YCM) dan Swuendi(YCM) dan tentunya agil samal hening menyantap lothek ternikmat hari itu..... Subhanallah, seumur hidup baru kali itu aku lihat dan mendengar kuasa Allah akan alamnya. Deru motor tempel enduro 15 pk berpacu dengan semilir angin muara menuju kepala sungai silaoinan , kami masing masing mencari posisi duduk yang nyaman karena pasti akan melelahkan apalagi melewati sungai yang berliku liku selama 4-5 jam tentulah cukup membuat kaki kesemutan alias pegal pegal. selagi merekam gambar ada panggilan masuk di handphoneku,ternyata istriku yang dari tadi ingin mengobrol denganku ,setelah ngobrol semenitan dan kukatakan pada dia bahwa nanti akan kuhubungi kembali beberapa hari kemudian karena di hulu tidak ada sinyal, kucoba lagi menghubungi ibuku nun jauh disana,.kubilang kami baru saja tiba dan blaa,blaaa.. swendi tiba tiba saja mengurangi laju perahu,."kenapa wen?" kutanya,..sambil terbata bata dalam berbahasa indonesia wendi bilang "teleponlah dulu, karena sebentar lagi sudah tidak ada sinyal," ..Oooouw.. wendi kembali melajukan perahunya dan mulai menunjukan kepiawaian menyusuri sungai yang relatif lebar , maklumlah masih di area muara.... setelah merekam ptc yang kesekian kalinya,.aku mencari posisi yang terbaik bagiku sekaligus kamera DVC Pro dengan wide lens yang selalu kutenteng.. karena posisiku membelakangi arah boat,.."bang! pemandangan keren ,sungainya menyempit!"..yanti berseru dari arah belakang..segera kuhidupkan lagi kameraku yang sudah terparkir dibawah terpal sambil membidik apa yang dimaksudnya,..wow memang keren ada semacam terusan yang dibuat sebagai short cut diantara kelokan sungai..lebarnya sekitar 2 meteran dan ditumbuhi pohon sagu layaknya sebuah terowongan,...iluminasi cahaya didalam terowongan itu membuat gambar yang kurekam berdimensi apalagi memakai lensa sudut lebar seakan lebih luas ,...tak panjang hanya sekitar 300an meter panjang tunnel itu..disitulah mulai kusadari bahwa ternyata sungai ini mulai menunjukan keanggunannya kepada kami ...sekitar 15 menit kemudian deru mesin menurun dan perahu menepi di desa muntai, desa pertama yang kami temui di sungai itu ,..tarida membawa titipan kepada koleganya yang bekerja di polindes setempat , sesaat kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju hulu..semula kondisi sungai yang dalam dan lebar serta lurus ,perlahan berubah menjadi dangkal sempit dan berkelok kelok,..kami baru saja menikmati liukan longboat yang dipandu swendi yang juga seorang guru sekolah hutan di hulu silaoinan. Wendi begitu panggilan akrab kami kepadanya,.. mengingatkan pada kami bahwa kondisi alam disini tidak dapat ditebak, seperti saat ini panas bisa sekejap berubah menjadi hujan...mulanya kami tidak begitu percaya , kami pikir,..ah.. itukan bisanya orang sini saja...ehh ternyata tidak lama hujanpun mulai menetes di kulit kami sedikit demi sedikit lama lama deras juga...wuihhh..semua basah! kendati sudah memakai raincoat tetap saja tembus, mungkin raincoatnya sudah lama dan minta "dilembiru" alias dilempar trus beli baru , sepertinya tribudiyanto dan trisnoto paling nyaman ditengah hujan karena membawa raincoat yang biasanya dipakai pengendara motor di jakarta,..selain lebar juga tebal tetapi terkadang suka mengepak selayaknya terpal yang menutup barang bawaan kami di lambung perahu. wendi cukup lihai dan berpengalaman dalam menguasai boatnya ,sekaligus sangat mengenal setiap detail sungai yang kami lalui..walau terkadang dia harus mematikan mesinnya untuk mengambil sampah yang tersangkut di propeler mesin tempel.tak terasa sudah, hampir 2.5 jam kami menyusuri sungai, setelah melewati persimpangan sungai, kami mengambil yang jalur ke kanan masuk sungai silaonian yang menuju ke desa selapa dan sangong sementara jalur ke kiri menuju ke desa matotonan.
sekujur badan sudah mulai terasa dingin akibat hujan dan angin dari lajunya boat batang pohon itu..terkadang kubantu nyalakan sebatang rokok sampoerna mild yang kutaruh dibawah terpal untuk wendi yang sibuk memandu perahu,hanya sekedar menghangatkan badan saja,....akhirnya kami putuskan untuk berhenti sejenak di desa Selapa ,sebuah desa relokasi suku mentawai oleh departemen sosial di waktu silam.sesaat hendak menepi di dekat parkiran perahu perahu kecil yang terbujur di tepi sungai,..serentak petir menyambar.. hanya beberapa ratus meter didepan kami ,belum selesai mengucak mata dari silaunya petir , gelegar guruh menyusul memekakan telinga, tak sadar kami semua refleks menutup telinga kami , subhanallah! seumur hidup baru kali itu aku melihat dan mendengar kedahsyatan kuasa Allah akan alamnya. aku berguman "dahsyat!"...kecil sekali kita dibuatnya apalagi ini bukan di alam kita ,dan jauh dari mana mana ,..kupastikan kami semua bergetar setelah melihat sedikit dari sekian banyaknya fenomena alam yang ada.......kutenteng kamera,kompor gas portable ,dan peralatan minum ..bangkit melangkah ketepi Selapa untuk menghangatkan perut.......