Sabtu, 24 April 2010

catatan perjalanan mentawai I

Lothek ternikmat hari itu..
Sore itu, 15 April 2010 kami bertolak dari pelabuhan Bungus,Padang.sekitar pukul 20.30 wib kapal ferry KM.Ambu ambu membawa kami, tim Suku Suku TVRI menuju kepulauan mentawai,tepatnya ke siberut selatan..kondisi lautan yang sangat bersahabat membuat kami sangat menikmati perjalanan malam itu,..sekitar sepuluh jam berlayar kami telah memasuki perairan kepulauan mentawai yang teduh..kondisi lautan diperkirakan masih membaik hingga akhir bulan april, karena sekitar mei hingga november laut mentawai akan kembali bergolak...konon,ombaknya bisa memaksa kapal kapal untuk mengurungkan niatnya menyeberangi perairan itu...sekitar 1-2 mil laut menjelang muara siberut kita sudah bisa melihat sekawanan lumba lumba yang selalu beraksi menemani kapal kapal yang melewati perairan itu,..wah sungguh luar biasa,.segera saja aku bidikan kameraku kearah mereka, dan kuminta reporter suku suku, Fitriyah Herbiyanti untuk melakukan PTC (piece to camera) diatas deck kapal sambil menunjuk kearah kawanan lumba lumba yang tengah beraksi..akhirnya sampailah kami di dermaga ASDP muara siberut,. KM.Ambu ambu membongkar muatan menurunkan sebagian besar kebutuhan pokok yang akan diperdagangkan di muara siberut..kapal yang menyinggahi pelabuhan ini biasanya seminggu sekali , jadi merupakan kesempatan bagi pedagang untuk membawa segala sesuatu yang bisa dijual didaerah ini, umumnya sembako,sayur mayur ,sampai-sampai papan iklan digital printpun didatangkan dari padang . lagi lagi kunyalakan kameraku untuk merekam semua aktifitas disini,..lebar dermaga yang relatif sempit disesaki penumpang ,penjemput, dan barang dagangan serta mobil mobil kijang kotak tahun 80an seakan denyut perekonomian di muara hidup lagi jika ada kapal yang masuk.. ,untuk mencapai ibukota kecamatan siberut selatan , muara siberut bisa dicapai dengan mobil atau dengan perahu bermesin. Tak lama jemputan kami tiba,..ternyata sebuah long boat bermesin yamaha enduro 15 pk ...memang cukup kecil ,..karena boat inilah yang nantinya kami gunakan hingga ke hulu menyusuri sungai silaoinan nanti,..jika menggunakan boat besar dikhawatirkan tidak akan mampu melewati anak sungai yang dangkal dan banyak dipenuhi gelondongan kayu di dasar sungai...sekitar 10 menit kita menuju muara siberut melalui pesisir pantai timur pulau siberut ,..memang untuk mencapai muara jika lewat laut dari dermaga ASDP harus diperlukan kecakapan khusus memandu perahu,..pendek kata, harus orang sana yang berpengalaman ,.selain arus dan gelombang yang tidak beraturan ,terkadang laju boat harus dikurangi sambil menunggu irama gelombang yang datang dari belakang atau dari samping boat...seru juga, bayangkan jenis perahu ramping,mesin kecil plus bawaan seabreg abreg membuat pompaan adrenalin terus mengalir ,apalagi bagi orang jakarta yang notabene jarang main di laut...ketika sampai di muara siberut segeralah kami bergegas untuk mencari toko sembako untuk membeli kebutuhan sehari hari kami selama di hulu. Disinilah tempat terakhir untuk belanja dan melengkapi segala keperluan kami.termasuk kebutuhan tembakau,beras dan garam sebagai oleh oleh dari muara bagi orang hulu..memang harganya bisa mencapai 2 kali lipat harga di padang,..uniknya disini banyak kita temui merek merek rokok yang tidak lazim, seperti plesetan rokok gudam garam surya menjadi surry mas yang menjadi salah satu favorit rokok orang hulu. ada juga senayan mild dan masih banyak lagi yang menyerupai merek rokok ternama,..Yanti begitulah panggilanku ke Fitriyah Herbiyanti , baru menyadari kalo ini adalah kesempatan untuk dirinya memulai mengoleksi rokok rokok langka bin aneh ini, serta merta merogoh dompetnya untuk membeli semua jenis rokok yang ada, dan baru pernah dilihatnya itu,...hahahaa.. Hari makin siang, setelah belanja.. perutpun mulai menempel kepunggung alias lapar,kami bergegas ke sebuah rumah makan padang yang terletak di ujung pasar namun sepertinya menu hari itu tidak menggugah selera kami, tadi kulihat ibu penjual sembako sambil melayani kami menyantap lothek yang dibungkus daun pisang,. sejak itu ,dalam hatiku berkata "lothek kayaknya mantap sekali" tapi dimana penjualnya,..jangan jangan sudah habis..di rumah makan itulah kusarankan pada teman teman untuk melihat lihat dulu di sisi lain dari muara siapa tahu bisa ketemu santapan idaman..tak jauh kulihat penjual mie instan,..sengaja kusorongkan kepalaku kedalam warungnya ..eh ternyata ada setumpuk bungkusan daun pisang terlebih lagi seorang laki laki paruh baya tengah menyantap lothek itu...wah pucuk dicinta ulam tiba..lothek akhirnya mengisi siang kita sebelum bertolak ke hulu,. trisnoto,tribudianto,yanti,tarida(YCM) dan Swuendi(YCM) dan tentunya agil samal hening menyantap lothek ternikmat hari itu..... Subhanallah, seumur hidup baru kali itu aku lihat dan mendengar kuasa Allah akan alamnya. Deru motor tempel enduro 15 pk berpacu dengan semilir angin muara menuju kepala sungai silaoinan , kami masing masing mencari posisi duduk yang nyaman karena pasti akan melelahkan apalagi melewati sungai yang berliku liku selama 4-5 jam tentulah cukup membuat kaki kesemutan alias pegal pegal. selagi merekam gambar ada panggilan masuk di handphoneku,ternyata istriku yang dari tadi ingin mengobrol denganku ,setelah ngobrol semenitan dan kukatakan pada dia bahwa nanti akan kuhubungi kembali beberapa hari kemudian karena di hulu tidak ada sinyal, kucoba lagi menghubungi ibuku nun jauh disana,.kubilang kami baru saja tiba dan blaa,blaaa.. swendi tiba tiba saja mengurangi laju perahu,."kenapa wen?" kutanya,..sambil terbata bata dalam berbahasa indonesia wendi bilang "teleponlah dulu, karena sebentar lagi sudah tidak ada sinyal," ..Oooouw.. wendi kembali melajukan perahunya dan mulai menunjukan kepiawaian menyusuri sungai yang relatif lebar , maklumlah masih di area muara.... setelah merekam ptc yang kesekian kalinya,.aku mencari posisi yang terbaik bagiku sekaligus kamera DVC Pro dengan wide lens yang selalu kutenteng.. karena posisiku membelakangi arah boat,.."bang! pemandangan keren ,sungainya menyempit!"..yanti berseru dari arah belakang..segera kuhidupkan lagi kameraku yang sudah terparkir dibawah terpal sambil membidik apa yang dimaksudnya,..wow memang keren ada semacam terusan yang dibuat sebagai short cut diantara kelokan sungai..lebarnya sekitar 2 meteran dan ditumbuhi pohon sagu layaknya sebuah terowongan,...iluminasi cahaya didalam terowongan itu membuat gambar yang kurekam berdimensi apalagi memakai lensa sudut lebar seakan lebih luas ,...tak panjang hanya sekitar 300an meter panjang tunnel itu..disitulah mulai kusadari bahwa ternyata sungai ini mulai menunjukan keanggunannya kepada kami ...sekitar 15 menit kemudian deru mesin menurun dan perahu menepi di desa muntai, desa pertama yang kami temui di sungai itu ,..tarida membawa titipan kepada koleganya yang bekerja di polindes setempat , sesaat kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju hulu..semula kondisi sungai yang dalam dan lebar serta lurus ,perlahan berubah menjadi dangkal sempit dan berkelok kelok,..kami baru saja menikmati liukan longboat yang dipandu swendi yang juga seorang guru sekolah hutan di hulu silaoinan. Wendi begitu panggilan akrab kami kepadanya,.. mengingatkan pada kami bahwa kondisi alam disini tidak dapat ditebak, seperti saat ini panas bisa sekejap berubah menjadi hujan...mulanya kami tidak begitu percaya , kami pikir,..ah.. itukan bisanya orang sini saja...ehh ternyata tidak lama hujanpun mulai menetes di kulit kami sedikit demi sedikit lama lama deras juga...wuihhh..semua basah! kendati sudah memakai raincoat tetap saja tembus, mungkin raincoatnya sudah lama dan minta "dilembiru" alias dilempar trus beli baru , sepertinya tribudiyanto dan trisnoto paling nyaman ditengah hujan karena membawa raincoat yang biasanya dipakai pengendara motor di jakarta,..selain lebar juga tebal tetapi terkadang suka mengepak selayaknya terpal yang menutup barang bawaan kami di lambung perahu. wendi cukup lihai dan berpengalaman dalam menguasai boatnya ,sekaligus sangat mengenal setiap detail sungai yang kami lalui..walau terkadang dia harus mematikan mesinnya untuk mengambil sampah yang tersangkut di propeler mesin tempel.tak terasa sudah, hampir 2.5 jam kami menyusuri sungai, setelah melewati persimpangan sungai, kami mengambil yang jalur ke kanan masuk sungai silaonian yang menuju ke desa selapa dan sangong sementara jalur ke kiri menuju ke desa matotonan.
sekujur badan sudah mulai terasa dingin akibat hujan dan angin dari lajunya boat batang pohon itu..terkadang kubantu nyalakan sebatang rokok sampoerna mild yang kutaruh dibawah terpal untuk wendi yang sibuk memandu perahu,hanya sekedar menghangatkan badan saja,....akhirnya kami putuskan untuk berhenti sejenak di desa Selapa ,sebuah desa relokasi suku mentawai oleh departemen sosial di waktu silam.sesaat hendak menepi di dekat parkiran perahu perahu kecil yang terbujur di tepi sungai,..serentak petir menyambar.. hanya beberapa ratus meter didepan kami ,belum selesai mengucak mata dari silaunya petir , gelegar guruh menyusul memekakan telinga, tak sadar kami semua refleks menutup telinga kami , subhanallah! seumur hidup baru kali itu aku melihat dan mendengar kedahsyatan kuasa Allah akan alamnya. aku berguman "dahsyat!"...kecil sekali kita dibuatnya apalagi ini bukan di alam kita ,dan jauh dari mana mana ,..kupastikan kami semua bergetar setelah melihat sedikit dari sekian banyaknya fenomena alam yang ada.......kutenteng kamera,kompor gas portable ,dan peralatan minum ..bangkit melangkah ketepi Selapa untuk menghangatkan perut.......

3 komentar:

  1. Kereeen.....serasa ikut ke mentawai...

    BalasHapus
  2. Ale...,krn gw termasuk org berkacamata plus lebh tertarik dg gambar,jadi muat dong gbr lbh banyak lagi dg ukuran yg cukup.Tapi bwt org yg ingin tau lbh banyak reportase diatas bisa membuat pembacanya menikmati perjalanan kru Suku-Suku...sukses ya!

    BalasHapus
  3. ok yah,..terima kasih "atas namaku"next kita tampilkan foto yang lebih banyak yah...tq.

    BalasHapus