Jumat, 18 Januari 2013

incredible india



Ketika menginjakan kaki di bandara  Internasional Indira Gandhi New Delhi setelah menempuh perjalanan dari dari Jakarta via Doha, Qatar  rasanya ingin cepat sampai di hotel untuk mandi dan menikmati makanan hangat dan tentunya,.. sedikit istirahat sebelum memulai menyusuri kota Delhi.  Dengan sebuah mobil kijang  tahun 80an kami menuju hotel Aravali yang telah kami pesan sebelumnya melalui internet, persisnya  di daerah Rajokri hanya beberapa kilometer dari bandara. Begitu keluar dari kompleks bandara, pemandangan kumuh dan semrawut  kendaraan menjadi suguhan utama bagi kami. Supir yang menjemput kami, tidak terhitung sudah berapa kali membunyikan klakson mobilnya sehingga kamipun tertegun,..kalau di jakarta, pengguna jalan lain sudah pasti sewot  jika diklakson bertubi tubi seperti itu,..tapi di india hal itu menjadi hal lumrah bahkan dianjurkan untuk membunyikan klakson,lebih takjub lagi setiap mobil besar dibelakangnya pasti ada tulisan yang berbunyi  please blow the horn. Memang tak heran semua kendaraan yang dipacu dengan kecepatan yang diatas rata rata, alias ngebut tentulah klakson menjadi salah satu andalan mereka di jalan raya .   Setelah  bersih bersih di hotel, perjalanan menyusuri kota new delhi dimulai dengan menggunakan taksi..dari Rajokri ke pusat kota dengan taksi dikenakan biaya sekitar 500 rupes atau sekitar 90 ribuan rupiah, walaupun ada meter terkadang taksi lebih suka untuk mematok harga atau borongan untuk kesatu  tujuan. Pertama kita mencari tempat penukaran uang karena menukar uang  di tempat tempat tidak resmi seperti toko, karena ada beberapa toko juga melayani penukaran uang, menawarkan nilai tukar  jauh lebih besar  dibandingkan dengan di authorized money changer . Untuk seratus dolar amerika jika ditukar di penukaran resmi paling banyak hanya dapat 5.100 rupes sementara di toko itu bisa mencapai 5.500 rupes. Lumayan selisihnya mencapai 80 ribuan rupiah.        Di daerah  Canakyapuri, konon mentengnya New Delhi merupakan daerah  pusat  kedutaan  dan ekspatriat, bagi kami merupakan tempat yang cocok untuk mencoba kuliner a la India. Beberapa teman berpesan jika  di India sebaiknya mengkonsumsi air kemasan karena jika  minum air sembarangan akan mudah terkena diare.. betul juga, kalau dilihat kepadatan penduduk dikota New Delhi tentunya air tanah sudah sangat tercemar dan rentan terjangkit diare. Nasi beryani, ayam tanduri  dan kari paratha menjadi menu pertama kami di Delhi, plus chai atau teh susu ala India, menu ini tidak terlalu asing bagi kami, tapi appetizer dan dessert nya yang unik, bayangkan saja sambil menunggu menu utama kami disuguhi irisan bawang bombang dengan sejenis bubuk kari sebagai makanan pembuka, tak heran kalau aroma bawang bombay sering kita jumpai di india. Kemudian untuk menu penutupnya butiran gula warna warni dengan biji adas  yang bercita rasa mint,..suguhan ini selintas semacam pakan burung,tapi oke juga,  sudah mencoba sesuatu yang lain.   Sebenarnya untuk urusan makan di india relatif lebih murah jika makan di restoran restoran kecil,  makan berdua dengan menu diatas  hanya merogoh kocek  kurang dari 400 rupes atau hanya sekitar 80 ribuan rupiah.   Setelah makan , kami jumpai hal yang  paling menyebalkan ketika kami hendak mengganti simcard  telepon kami   ke  nomor lokal  harus  memakai paspor dan dan pas photo,  rumitnya..  harus mencantumkan nomor seseorang  di india yang menjamin kita selama di negeri itu, belum lagi, konon nomor telepon  tersebut setelah diaktivasi baru bisa digunakan  dua hari kemudian, ,..bersyukur kita hanya  membutuhkan  hanya  satu hari  untuk bisa berhalo halo setelah diaktivasi ,..hahaha india banget mesti pakai repot dot com. 

Selling and yelling sudah biasa
Jika sudah sampai ke New Delhi wajib hukumnya  berkunjung ke daerah Janpath, semacam pasar sogo jongkoknya New Delhi  untuk mencari buah tangan khas India, mulai dari pernak pernik perak dan perunggu, tas dan baju jahitan india sampai hiasan dinding dan karpet..semuanya bisa didapat dengan tawar menawar. Tips untuk belanja cerdas !.. jangan lupa menawar hingga 50 persen dari harga yang ditawarkan.  Janpath merupakan salah satu tempat favorit bagi turis turis yang berkunjung ke New Delhi. Sebenarnya masih  banyak tempat menarik untuk belanja selain Janpath, ada Khan Market, pasar kecil dan tertata rapi ditujukan untuk ekspatriat, tentu hargapun berbeda,  diatas  harga rata rata  karena kenyamanan berbelanja yang ditawarkan, ada juga Delhi Hut semacam area eksebisi yang menawarkan berbagai pameran musiman. Masuk ke Delhi Hut di kenakan tiket masuk sekitar 10 ribuan rupiah per orangnya. Waktu kita berkunjung kesana di Delhi Hut tengah menyelenggarakan  pameran tekstil dan kerajinan Kashmir. Unik juga jika berbelanja di India, sekali kita melakukan tawar menawar  akan terasa lebih sulit untuk melepaskan diri dari kejaran pedagangnya yang agresif menawarkan jualnya,.terkadang mereka berjualan sambil berteriak dengan aksen india kental,  come on sir, how much do you want sir!..  pokoknya selling dan yelling itu  biasa. Di India juga surga bagi pemburu obat obatan medic, harganya memang super murah karena  pemerintah disana  memberikan subsidi yang besar bagi kesehatan dan pendidikan. Teman kami  menitipkan obat kolestrol dengan merek dagang crestor  berisi 30 kapsul hanya dihargai setara dengan 100 ribu rupiah  sementara obat yang sama di apotik atau toko obat di  Jakarta berisi 28 kapsul harganya mencapai 550 ribu rupiah. Tak heran obat obatan juga menjadi incaran turis yang berkunjung kesana. Begitupun untuk pendidikan, dengan membayar  20 juta rupiah  seorang mahasiswa dari Indonesia  sudah bisa mengenyam  pendidikan S2 plus  asrama gratis dan buku bukunya ,tinggal belajar saja, tentu lebih murah lagi bagi mereka yang berwarganegara India.

Old and New Delhi 
Di New Delhi, jangan lupa juga untuk mengunjungi Old Delhi yang terletak disebelahnya,. Disana kita akan menjumpai gambaran india sebenarnya, ada mobil, bajaj dan sapi dalam satu jalur, pengemis dan pedagang asongan serta tukang cukur pinggir jalan layaknya pasar malam, menambah semrawutnya old delhi. Di sini terdapat masjid tua  yang dikenal sebagai Masjid Jami atau Masjid Jahan Numa yang dibangun oleh Sultan  Mughal Sjah Jahan . Agak  ke selatan sekitar 4 jam berkendara  tepatnya  wilayah Agra, Uttar Pradesh Juga patut dikunjungi untuk melihat  peninggalan kesultanan Mughal lainnya  yaitu  Taj Mahal yang merupakan sebuah edifisio dari  cerita cinta sultan Sjah Jahan pada permaisurinya Mumtaz Mahal..kalau sudah begitu,  berarti sudah bisa menikmati tagline nya kementerian pariwisata india,..Incredible India.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar