Ketika menginjakan kaki di bandara Internasional Indira Gandhi New Delhi
setelah menempuh perjalanan dari dari Jakarta via Doha, Qatar rasanya ingin cepat sampai di hotel untuk
mandi dan menikmati makanan hangat dan tentunya,.. sedikit istirahat sebelum memulai
menyusuri kota Delhi. Dengan sebuah mobil
kijang tahun 80an kami menuju hotel Aravali
yang telah kami pesan sebelumnya melalui internet, persisnya di daerah
Rajokri hanya beberapa
kilometer dari bandara. Begitu keluar dari kompleks bandara, pemandangan kumuh dan
semrawut kendaraan menjadi suguhan utama
bagi kami. Supir yang menjemput kami, tidak terhitung sudah berapa kali membunyikan klakson mobilnya
sehingga kamipun tertegun,..kalau di jakarta, pengguna jalan lain sudah pasti sewot jika diklakson bertubi tubi seperti itu,..tapi di india hal itu
menjadi hal lumrah bahkan dianjurkan untuk membunyikan klakson,lebih takjub
lagi setiap mobil besar dibelakangnya pasti ada tulisan yang berbunyi please blow
the horn. Memang tak heran
semua kendaraan yang dipacu dengan kecepatan yang diatas rata rata, alias
ngebut tentulah klakson menjadi salah satu andalan mereka di jalan raya . Setelah bersih bersih di hotel, perjalanan menyusuri
kota new delhi dimulai dengan menggunakan taksi..dari Rajokri ke pusat kota
dengan taksi dikenakan biaya sekitar 500 rupes atau sekitar 90 ribuan rupiah, walaupun ada meter
terkadang taksi lebih suka untuk mematok harga atau borongan untuk kesatu tujuan. Pertama kita mencari tempat penukaran uang karena menukar uang di tempat tempat tidak resmi seperti toko,
karena ada beberapa toko juga melayani penukaran uang, menawarkan nilai
tukar jauh lebih besar dibandingkan dengan di authorized money changer . Untuk seratus dolar amerika jika ditukar
di penukaran resmi paling banyak hanya dapat 5.100 rupes sementara di toko itu
bisa mencapai 5.500 rupes. Lumayan selisihnya mencapai 80 ribuan rupiah. Di daerah Canakyapuri, konon
mentengnya New Delhi merupakan daerah pusat
kedutaan dan ekspatriat, bagi kami merupakan tempat
yang cocok untuk mencoba kuliner a la India. Beberapa
teman berpesan jika di India sebaiknya
mengkonsumsi air kemasan karena jika
minum air sembarangan akan mudah terkena diare.. betul juga, kalau dilihat
kepadatan penduduk dikota New Delhi
tentunya air tanah sudah sangat tercemar dan rentan terjangkit diare. Nasi beryani, ayam
tanduri dan kari paratha menjadi menu
pertama kami di Delhi, plus chai atau teh susu ala India, menu ini tidak terlalu asing bagi kami, tapi
appetizer dan dessert nya yang unik, bayangkan saja sambil menunggu menu utama
kami disuguhi irisan bawang bombang dengan sejenis bubuk kari sebagai makanan
pembuka, tak heran kalau aroma bawang bombay sering kita jumpai di india. Kemudian
untuk menu penutupnya butiran gula warna warni dengan biji adas yang bercita rasa mint,..suguhan ini selintas semacam pakan burung,tapi oke juga, sudah mencoba sesuatu yang lain. Sebenarnya untuk urusan makan di india relatif
lebih murah jika makan di restoran restoran kecil, makan berdua dengan menu diatas hanya merogoh kocek kurang dari 400 rupes atau hanya sekitar 80
ribuan rupiah. Setelah makan , kami jumpai hal yang paling menyebalkan ketika kami
hendak mengganti simcard telepon
kami ke
nomor lokal harus memakai paspor dan dan pas photo, rumitnya..
harus mencantumkan nomor seseorang di india yang menjamin kita selama di negeri itu, belum lagi,
konon nomor telepon tersebut setelah diaktivasi baru
bisa digunakan dua hari kemudian, ,..bersyukur
kita hanya membutuhkan hanya satu hari untuk
bisa berhalo halo setelah diaktivasi ,..hahaha india banget mesti pakai repot dot com.
Selling and yelling sudah biasa
Jika sudah sampai
ke New Delhi wajib hukumnya berkunjung ke daerah Janpath, semacam pasar sogo jongkoknya New Delhi untuk mencari buah tangan khas India, mulai dari pernak
pernik perak dan perunggu, tas dan baju jahitan india sampai hiasan dinding dan
karpet..semuanya bisa didapat dengan tawar menawar. Tips untuk belanja cerdas !.. jangan lupa menawar
hingga 50 persen dari harga yang ditawarkan. Janpath merupakan salah satu
tempat favorit bagi turis turis yang berkunjung ke New Delhi. Sebenarnya masih banyak tempat menarik untuk belanja selain Janpath,
ada Khan Market, pasar kecil dan tertata rapi ditujukan untuk ekspatriat, tentu
hargapun berbeda, diatas harga rata rata karena kenyamanan berbelanja yang ditawarkan,
ada juga Delhi Hut semacam area eksebisi yang menawarkan berbagai pameran
musiman. Masuk ke Delhi Hut di kenakan tiket masuk sekitar 10 ribuan rupiah per
orangnya. Waktu kita berkunjung kesana di Delhi Hut tengah
menyelenggarakan pameran tekstil dan
kerajinan Kashmir. Unik juga jika berbelanja di India, sekali kita melakukan
tawar menawar akan terasa lebih sulit
untuk melepaskan diri dari kejaran pedagangnya yang agresif menawarkan
jualnya,.terkadang mereka berjualan sambil berteriak dengan aksen india kental, come on
sir, how much do you want sir!.. pokoknya selling dan yelling itu
biasa. Di India juga surga bagi pemburu obat obatan medic, harganya
memang super murah karena pemerintah
disana memberikan subsidi yang besar
bagi kesehatan dan pendidikan. Teman kami menitipkan obat kolestrol dengan merek dagang crestor
berisi 30 kapsul hanya dihargai setara dengan 100 ribu rupiah sementara obat yang sama di apotik atau toko
obat di Jakarta berisi 28 kapsul
harganya mencapai 550 ribu rupiah. Tak heran obat obatan juga menjadi incaran
turis yang berkunjung kesana. Begitupun untuk pendidikan, dengan membayar 20 juta rupiah seorang mahasiswa dari Indonesia sudah bisa mengenyam pendidikan S2 plus asrama gratis dan buku bukunya ,tinggal
belajar saja, tentu lebih murah lagi bagi mereka yang berwarganegara India.
Old and New Delhi
Di New
Delhi, jangan lupa juga untuk mengunjungi Old Delhi yang terletak
disebelahnya,. Disana kita akan menjumpai gambaran india sebenarnya, ada mobil,
bajaj dan sapi dalam satu jalur, pengemis dan pedagang asongan serta tukang
cukur pinggir jalan layaknya pasar malam, menambah semrawutnya old delhi. Di
sini terdapat masjid tua yang dikenal
sebagai Masjid Jami atau Masjid Jahan Numa yang dibangun oleh Sultan Mughal Sjah Jahan . Agak ke selatan sekitar 4 jam berkendara tepatnya
wilayah Agra, Uttar Pradesh Juga patut dikunjungi untuk melihat peninggalan kesultanan Mughal lainnya yaitu
Taj Mahal yang merupakan sebuah edifisio dari cerita cinta sultan Sjah Jahan pada
permaisurinya Mumtaz Mahal..kalau sudah begitu,
berarti sudah bisa menikmati tagline
nya kementerian pariwisata india,..Incredible India.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar